Hindari Berkembangnya Bakteri yang Mengendap di Saluran Pembuangan

Dua kolam bioflok milik Nuri yang menggunakan saluran pembuangan di tengah yang menggunakan sistem arus bawah dan atas. [Achmad Tauriq]

Dua kolam bioflok milik Nuri yang menggunakan saluran pembuangan di tengah yang menggunakan sistem arus bawah dan atas. [Achmad Tauriq]

Sempurnakan Kolam Bioflok untuk Maksimalkan Hasil Panen Ikan
Kota Surabaya, Bhirawa
Cara budidaya ikan dengan menggunakan sistem bioflok dinilai cukup efektif serta mampu memberikan produksi yang maksimal sehingga ikan yang dihasilkan lebih banyak dengan biaya produksi sedikit.
Budidaya dengan sistem bioflok kini makin digemari karena menawarkan banyak kelebihan. Selain itu waktu yang dipergunakan juga lebih singkat dibandingkan dengan cara budidaya ikan secara konvensional.
Budidaya yang menggunakan sistem bioflok ini sendiri sebenarnya telah dikembangkan lebih dulu di negara-negara maju, seperti Australia, Brasil, Jepang dan sebagainya. Akan tetapi di Indonesia sendiri kini telah banyak yang menggunakan sistem bioflok.
Namun dengan sistem bioflok yang lebih efisien dan biaya yang murah serta dapat diletakkan di mana saja,  tidak jarang pemilik budidaya kurang memperhatikan tumbuhnya bakteri yang muncul dari endapan sisa makanan yang diberikan maupun dari kotoran ikan itu sendiri.
Mochamad Zainuri yang biasa dipanggi Nuri, warga Sukomanunggal Surabaya ini berhasil melakukan inovasi dengan menciptakan pembuangan kotoran maupun sisa makanan ikan yang mampu menghindarkan ikan dari tumbuhnya bakteri patogen.
Dengan ruangan ukuran 3×3 meter serta kolam berdiameter 1×1 meter bioflok milik Nuri ini mampu menghindari tumbuhnya bakteri, virus dan mikro lain seperti berkembangnya patogen penyakit yang tumbuh karena sisa pakan yang diberikan dan kotoran dari ikan.
“Hampir semua kolam bioflok yang ada menggunakan saluran pembuangan di samping dan ini salah satunya yang menimbulkan bakteri karena adanya endapan sisa makanan maupun kotoran ikan khususnya ikan lele,” ungkap Nuri.
Sementara kolam bioflok buatannya menggunakan sistem pembuangan di tengah kolam dengan paralon yang dibuat untuk arus bawah dan arus atas dalam satu lubang. Jadi endapan kotoran baik dari sisa makanan maupun kotoran ikan bisa sewaktu-waktu dibuang tanpa menunggu airnya keruh.
“Cukup dengan mengangkat paralon tengah ke atas kotoran yang mengendap di bawah akan otomatis terbuang tanpa mengganggu ikan yang ada, sedangkan untuk sisa makanan dan busa air bisa terserap melalui atas paralon dengan mengisi air hingga di atas paralon,” terangnya.
Zainuri menjelaskan sebaiknya letak paralon pembuangan di tengah tidak lebih tinggi dari kolam. Selain itu pembuangannya juga langsung diarahkan ke selokan sehingga benar-benar terbuang.
“Disesuaikan dengan kondisi tinggi kolam itu sendiri, keuntungan lainnya dengan menggunakan sistem ini bakteri yang merugikan untuk ikan akan hilang dan kemungkinan tidak terjadi lagi,” ujar Nuri.
Ide pembuatan paralon pembuangan dengan arus bawah dan atas ini juga tidak gampang, menurut Nuri hampir membutuhkan waktu sekitar satu tahunan. “Ya awalnya bibit ikan yang saya masukan kolam tidak bisa panen maksimal dari seribu bibit yang panen sekitar 800 ikan. Dari situ saya pelajari kembali penyebabnya teryata tidak maskismalnya panen karena adanya bakteri patogen,” katanya.
Karena hasil panen yang tidak maksimal itulah, Nuri mulai berinovasi dengan membuat pembuangan endapan kotoran di tengah kolam. “Cukup simpel dan mudah, bahkan usai memberi makan ikan tunggu satu jam saja kita bisa membuang sisa makanannya, jadi bakteri tidak sampai tumbuh,” tandasnya.
Kolam bioflok paling banyak digunakan untuk budidaya ikan lele,  tetapi digunakan untuk ikan yang lain juga bisa lebih baik. “Tidak hanya untuk ikan lele saja, ikan gurami pun juga sangat bisa bahkan semakin bagus airnya tidak gampang keruh seperti bibit ikan lele,” tuturnya. [Achmad Tauriq]

Tags: