Hiu Tutul Raksasa Hebohkan Wisatawan Pasir Putih Situbondo

Hiu tutul raksasa muncul dipusat wisata bahar Pasir Putih Bungatan Situbondo. kemunculan ikan hiu ini menimbulkan kehebohan bagi wisatawan yang menikmati liburan tahun baru imlek. [sawawi/bhirawa]

Situbondo, Bhirawa
Sejumlah ikan hiu tutul raksasa mendadak muncul di kawasan pusat wisata bahari laut Pasir Putih Bungatan Situbondo, Selasa (5/2). Penemuan ini sekejap membuat heboh sejumlah wisatawan yang sedang menikmati liburan hari raya Imlek 2019. Hiu tutul tersebut muncul sekitar 50 meter dari bibir pantai wisata kebanggaan masyarakat Situbondo. Fenomena unik dan langka ini baru pertama kali terjadi pada awal tahun 2019.
Menurut Agus, salah satu karyawan Perusda Pasir Putih Situbondo, kemunculan ikan hiu tutul raksasa pertama kali muncul dua hari yang lalu. Selanjutnya satu persatu ikan hiu tutul tersebut bertambah hingga bertambah banyak.
Kata Agus, keberadaan ikan hiu tutul tidak membahayakan bagi pengunjung atau wisatawan yang berwisata di Pasir Putih. “Ikan hiu tutul ini tidak berbahaya bagi pengunjung karena hanya makan plankton yang ada di perairan laut,” terang Agus.
Masih kata Agus, kemunculan ikan hiu tutul ini sama persis dengan kejadian di laut Kabupaten Probolinggo belum lama ini. Khusus di laut Probolinggo, sebut Agus, ikan hiu mampu bertahan dibibir laut selama sepekan dan setelah itu menghilang kembali ke tengah laut lepas. “Ikan hiu tutul ini hanya melakukan migrasi ke laut Pasir Putih Situbondo. Ini karena laut disini termasuk kawasan tropis yang hangat. Biasanya juga datang secara bergerombol,” terangnya.
Agus menambahkan, hiu tutul atau biasa dengan nama hiu paus (rhincodon typus) merupakan hiu pemakan plankton yang merupakan spesies terbesar dan memiliki ukuran tubuh yang besar. Selain itu jenis ikan ini, lanjut Agus, menyerupai jenis ikan paus karena saat makan plankton dengan cara menyaring air laut terlebih dahulu. Ikan ini, terangnya, kerapkali juga diberi nama geger bintang (punggung berbintang). “Kalau hiu tutul seringkali dan cenderung menyesatkan karena banyak jenis cucut yang berpola tutul,” ujar Agus.
Lebih jauh Agus menandaskan, hiu ini biasanya selalu mengembara di samudera tropis dan lautan yang beriklim hangat serta dapat hidup hingga berusia 70 tahun. Spesies ini, sambung warga yang beralamat di jalan Anggrek Dawuhan Situbondo itu, dipercaya berasal dari sekitar 60 tahun silam. “Merujuk pada pola warna dipunggungnya yang bertotol-totol, persis dan sama dengan bintang yang bertebaran dilangit,” pungkas Agus. [awi]

Tags: