Hormati Nyepi, Pengeras Adzan Salat GMT di Lamongan Dimatikan

Sebelum melaksanakan Nyepi, umat Hindu Desa Balun Kabupaten Lamongan mengarak Ogoh-ogoh keliling desa yang menjadi rangkaian tidak terpisahkan dari perayaan Hari Nyepi. Ogoh-ogoh selanjutnya dibakar dan menjadi tontonan  warga.

Sebelum melaksanakan Nyepi, umat Hindu Desa Balun Kabupaten Lamongan mengarak Ogoh-ogoh keliling desa yang menjadi rangkaian tidak terpisahkan dari perayaan Hari Nyepi. Ogoh-ogoh selanjutnya dibakar dan menjadi tontonan warga.

Lamongan, Bhirawa
Toleransi agama ditunjukkan dalam tindakan nyata di Desa Balun Kecamatan Turi Lamongan.  Praktik toleransi ini bisa disaksikan dalam kasus Hari Nyepi Umat Hindu yang bertepatan dengan Gerhana Matahari Total (GMT). Pengeras suara adzan dan khutbah salat GMT ditiadakan untuk menghormai Hari Nyepi Umat Hindu.
“Selama Nyepi ini, tidak ada pengeras suara selama 24 jam. Jadi mulai Subuh tadi sampai besok (Kamis/10/3/), sesuai dengan perayaan Nyepi,” terang Suwito selaku  Ketua Ta’mir Masjid Miftahul Huda, Rabu (9/3).
Untuk diketahui Masjid Miftahul Huda ini terletak di Desa Balun Lamongan Jatim. Menurut Suwito, sikap ini merupakan tindak lanjut kesepakatan bersama untuk menjunjung toleransi di desa yang juga dikenal sebagai Desa Pancasila ini. Karena di Desa Balun, selain agama Islam, juga ada warga yang beragama Hindu dan Kristen. “Kami sebagai pengurus takmir sudah sepakat dan memahami perayaan dari teman-teman umat Hindu,” jelas Suwito.
Menurut dia, umat Islam melaksanakan salat gerhana matahari yang juga bertepatan dengan umat Hindu melaksanakan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1938. Maka loudspeaker Masjid Miftahul Huda tidak dibunyikan oleh takmir masjid. “Tapi kita tetap melaksanakan salat gerhana. Namun saat adzan ataupun khotib berkhutbah tidak ada suara yang terdengar dari speaker atau towa Masjid Miftahul Huda,” kata Suwito.
Sedikitnya 200  orang umat Hindu di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan merayakan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Saka 1938.
Tokoh Umat Hindu Desa Balun, Adhi Wiyono mengungkapkan ratusan umat Hindu yang merayakan Nyepi tidak hanya berasal dari Desa Balun Lamongan saja tapi juga dari daerah lain. Bahkan ada yang datang dari Bali untuk merayakan Nyepi di Desa Balun. Ia menjelaskan bahwa umat Hindu saat ini menjalani rangkaian Hari Raya Nyepi dengan catur brata penyepian, yakni berpuasa selama 24 jam sejak 9 Maret 2016 pukul 06.00 sampai 10 Maret pukul 06.00.
Menurut Adhi Wiyono, catur brata penyepian adalah amati geni atau tidak menyalakan api/lampu-lampu, amati karya atau tidak bekerja, amati lelungan atau tidak makan dan minum, dan amati lelanguan atau tidak mencari hiburan. “Tempatnya tidak terfokus di pura (Pura Sweta Maha Suci Desa Balun, red), ada yang melaksanakan di rumah-rumah,” tutur Adhi.
Sehari sebelumnya, umat Hindu Desa Balun, mengarak Ogoh-ogoh keliling desa yang menjadi rangkaian tidak terpisahkan dari perayaan Hari Nyepi. Ogoh-ogoh pada Selasa (8/3) dibakar dan menjadi tontonan ratusan warga.

28 Penerbangan Tak Beroperasi
Sebanyak 28 penerbangan dari berbagai maskapai penerbangan jurusan Surabaya-Denpasar tidak  beroperasi selama pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Bali.
Humas Bandara Internasional Juanda Surabaya Liza Anindya mengatakan  sejumlah penerbangan yang tidak beroperasi tersebut terhitung yang berangkat atau datang dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. “Informasi yang kami dapatkan dari Bandara Ngurah Rai Bali tutup menyusul adanya perayaan Hari Raya Nyepi umat Hindu di Bali,” katanya.
Ia mengemukakan, akibat adanya Hari Raya Nyepi ini sejumlah penerbangan tidak beroperasi mengingat bandara di Bali sedang tutup karena tidak melakukan kegiatan penerbangan. “Dari laporan yang masuk, penerbangan yang tidak beroperasi efektif mulai  9 Maret pukul 05.00 sampai dengan 10 Maret pukul 05.00,” katanya.
Sejumlah penerbangan yang tidak beroperasi tersebut di antaranya berasal dari maskapai Garuda Indonesia, Air Asia, Citilink, Lion Air dan juga Nam Air. “Ini merupakan kegiatan rutin tahunan sehingga maskapai sudah memiliki rencana-rencana dan pengumuman tersendiri kepada calon penumpang yang ingin menggunakan jasa penerbangan pada waktu tersebut,” katanya.
Ia mengatakan, di Bandara Juanda sendiri tidak ada persiapan khusus terkait dengan adanya Hari Raya Nyepi mengingat peringatan ini sifatnya rutin seperti tahun-tahun sebelumnya. “Pemberitahuan pun sudah terjadwal dan maskapai penerbangan juga sudah mengetahui sehingga sudah mengatur jadwalnya jauh-jauh hari,” katanya. [yit,wil]

Tags: