Hotel Budget Keluhkan Rate Hotel Bintang

Persaingan dan perang harga antar hotel budget dan bintang semakin ketat.

Persaingan dan perang harga antar hotel budget dan bintang semakin ketat.

Surabaya, Bhirawa
Keberanian beberapa hotel berbintang menurunkan harga, dikeluhkan oleh manajemen hotel budget. Karena dengan harga yang selisih hanya Rp20-Rp30 ribu para tamu hotel tentunya lebih memilih hotel berbintang.
Sales Manager Favehotel Graha Agung Surabaya, Sabrina Rachmani saat dikonfirmasi diruang kerjanya, Kamis (10/3) kemarin mengungkapkan dengan berdirinya hotel baru di sekitar kawasan HR Muhammad Surabaya bisa mengurangi pendapatan hotelnya karena rate yang digunakannya hanya selisih sedikit.
“Bagaimanapun akhirnya kami harus meneruskan harga promo yang sebenarnya sudah berakhir akhir Februruari lalu, namun dengan rate yang dipasang hotel sebelah hanya segitu jelas pengaruh terhadap tamu yang datang ke hotel kami,” jelas Sabrina.
Karena tamu hotel sekarang sudah mulai pandai bisa membandingkan harga kamar dengan hotel lainnya khususnya hotel budget dengan hotel bintang. “Tamu sekarang sudah mulai berani menawar dengan membandingkan dengan hotel lainnya, padahal sebelumnya perkamar kita jual Rp500 ribu tamu masih mau tapi sekarang susah,” ujarnya.
Dengan ketatnya persaingan ini pihak sales hotel harus pandai-pandai banyak membuat promo untuk menarik tamu. “Sampai bingung harus membuat promo yang bagaimana lagi untuk menarik tamu kalau rate antar hotel ketat seperti ini,” tandasnya.
Sementara menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, M Soleh mengakui persaingan hotel sangat tinggi ditambah lagi perang harga sehingga hotel tidak memiliki kejelasan harga sehingga pengaruhi terhadap hotel itu sendiri.
“Kalau dulu itu ada ring, untuk ring hotel bintang 5 rate mulai Rp1 juta hingga Rp2 juta, ring bintang 4 rate mulai Rp700 ribu hingga Rp1 juta. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi ring karena sudah ada larangan menentukan harga antar hotel,” pungkas Soleh.
Apalgi asosiasi dilarang menentukan harga antar hotel dan yang berhak menentukan adalah konsumen itu sendiri. “Ada larangan dari KPPU, Assosiasi yang beranggota pemilik hotel tidak boleh menentukan harga dan bisa dikategorikan sebagai kartel,” terangnya.
Soleh menambahkan, untuk itu banyak yang salah menyalahkan baik antar hotel budget dengan hotel bintang terhadap rate yang dipatok. “Karena kondisi perhotelan sekarang kurang sehat sehingga merugikan, terbukti okupansi sampai dengan hari ini masih dikisaran 50%,” tandasnya.
Sementara harga tetap karena adanya perang tarif, biaya naik seperti UMK, bahan pangan, transportasi sehingga merugikan pihak industri. “Banyak yang menderita kerugian sebab untuk menutup biaya operasional saja tidak cukup akhirnya mereka bertarung di harga,” katanya. [riq]

Tags: