Hujan Dongkrak Inflasi

Karikatur Ilusrtrasi

Ancaman banjir mulai menunjukkan tren makin meluas, termasuk melanda sentra tanaman pangan. Ketidak-mampuan lingkungan menghadapi hujan, telah menimbulkan multiplier-effect. Tak lama, niscayaakan menghambat mobilitas perekonomian mayarakat diseluruh sektor. inflasi bisa meroket lagi, dipicu oleh naiknya harga bahan makanan dan minuman, terutama ikan, sayur, telur dan bumbu-bumbuan.
Panen buah juga tidak akan menggembirakan. Tetes air hujan yang menembus kulit buah menyebabkan fermentasi lebih cepat, berakibat pembusukan. Begitu pula sayur dan aneka tanaman bumbu: cabe, bawang merah, tomat, sawi, brokoli, semuanya sangat rentan terhadap guyuran hujan. Padahal musim hujanbaru berjalan sebulan. BMKG ((Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) me-warning, bahwa cuaca ekstrem masih akan berlanjut sampai Pebruari.
Musim hujan tahun lalu, juga mendongkrak inflasi. Pada puncak musim hujan (Januari 2016), inflasi yang dicatatBadan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,9%. Pendongkrak inflasi terbesar, dipicu oleh naiknya harga sayur dan bahan bumbu, sampai 50%. Lebih lagi, harga-harga juga tertekan oleh faktor distribusi (transportasi) karena terhadang banjir.Guyuran hujan merendam lintasan jalan negara dan jalan propinsi.
Problem yang sama juga dialami perdagangan interinsuler (antar-pulau) terkendala oleh cuaca berupa badai dan ombak besar. Di pelabuhan Jangkar (Situbondo), dan pelabuhanMayangan (Probolinggo), misalnya, puluhan kapal memilih bersandar di dermaga. Sehingga ratusan kontainer berisi bahan kebutuhan sehari-hari tak terangkut.
Pelabuhan lain di Jawa Timur, juga dipenuhi truk yang berjejer. Pelabuhan Bawean (Gresik), kapal berbobot kurang dari 1000 dwt dilarang melaut. Hal yang sama terjadi di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Pemandangan makin memprihatinkan tergambar pada seluruh tempat pelelangan ikan (TPI) dalam kawasan pelabuhan rakyat. Hampir tidak ada transaksi hasil tangkapan, karena tidak ada nelayan yang melaut.
Perekonomian petani, nelayan dan pedagang kecil makin terpuruk karena tidak dapat menjalankan aktifitas nafkahnya. Bahkan merugi karena banyak sawah yang baru disemai (sebagian malah siap panen) habis tersapu banjir. Begitu pula areal tambak dan kolam ikan tersapu air bah. Itupun masih disyukuri jika kawasan banjir yang kotor tidak menyebarkan penyakit.
Tekanan multiplier dampak hujan, patut diwaspadai sebagai bencana yang tak boleh sering-sering terjadi. Karena itu diperlukan kebijakan antisipatif lebih komprehensif. Bukan sekadar proposal perbaikan infra-struktur (jalan dan jembatan). Melainkan juga program bersifat karitatif dan penegakan peraturan rancangan tataruang dan wilayah (RTRW). Musim hujan seolah-olah menjadi pertanda “periode” merosotnya perekonomian kalangan masyarakat paling bawah.
Maka periode keterpurukan ekonomi tingkat grass-root, diperlukan kebijakan responsif yang memadai. Pemerintah seyogianya tidak menaikkan tarif dan harga komoditas. Terutama tarif dasar listrik (TDL), dan harga BBM. Ironisnya, TDL dapat di-naikkan tanpa diketahui oleh masyarakat, karena menggunakan pulsa token. Yang dirasa, pulsa cepat habis.
Berbagai retribusi di pasar-pasar dan di terminal patut dilakukan tenggang tarif berupa diskon (pengurangan) sampai pembebasan (gratis). Beberapa jenis tarif yang tercantum dalam UU Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, diberikan pengecualian bersifat kondisional. Begitu pula sebanyak 3600-an tarif yang tertuang dalam Perda (Jatim) Nomor 1 tahun 2012 tentang Retribusi Daerah bisa dipilah untuk meringankan beban masyarakat.
Hal sama juga harus dilakukan oleh seluruh Pemerintah kabupaten dan Kota. Selain itu disela musim hujan pemerintah seyogianya menggelar operasi pasar (sembako) murah.Diperlukan respons lebih bijak menghadapi hujan, sehingga tidak menimbulkan musibah berkelanjutan. Masih banyak Perda tentang tata-ruang, nyata-nyata tidak bijak. Agaknya, hikmah bencana banjir menuntut rorientasi kebijakan pemerintah dan masyarakat.

——— 000 ———

Rate this article!
Hujan Dongkrak Inflasi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: