Hujan, Jaga Kesehatan

Foto Ilustrasi

Hujan, akan memasuki puncaknya pada bulan (Januari) ini, dengan potensi lebih luas meng-genang-kan banjir. Khususnya kawasan permukan tedekat muara, serta lingkungan dengan drainase (saluran air) yang buruk.Padahal hujan, sebenarnya berfungsi “pembersihan lingkungan” dari berbagai pencemaran. Namun dampak banjir bisa menimbulkan wabah penyakit, terutama desentri dan kolera. Maka diperlukan kerja lebih keras jajaran kebersihan dan kesehatan.
Genangan banjir makin meluas, seiring buruknya sistem drainase kota, serta kesadaran kebersihan lingkungan. Pasar tradisional, biasanya nampak paling kotor, dan berbau. Lingkungan yang tercemar bisa menyebarkan virus (dan bakteri), yang menyerang hewan dan manusia. Juga penyebaran hama yang merusak tanaman. Dus musim hujan, kini menjadi “pertaruhan”derajat kesehatan masyarakat.
Lingkungan yang buruk, niscaya menyebarkan penyakit. Terbukti di Bogor (Jawa Barat) sudah dinyatakan endemi hepatitis A, karena lingkungan yang kotor. Di Jawa Tengah, daerah Pemalang, dan Semarang, telah waspada penyakit dampak banjir. Begitu pula di Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya (Jawa Timur) wajib waspada DBD (Demam Berdarah Dengue). Bahkan secara umum, bersamaan musim hujan menjadi pertanda penyebaran diare.
Dampak banjir dua musim lalu, lebih separuh wilayah Jawa Timur (dari 38 kabupaten dan kota) mengalami KLB demam berdarah. KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD sampai merenggut lebih dari 50 orang. Pada saat sama, berbagai daerah lain di tanah air juga mengalami peningkatan kasus kejangkitan DBD. Upaya agak masih yang dilakukan pemerintah adalah melalui iklan di media masa. Yakni, berupa gerakan 3M (Menutup, Menguras, Mengubur).
Pemerintah daerah (kabupaten dan kota), seyogianya lebih menggiatkan aparat kesehatan, sampai tingkat tingkat desa dan kelurahan. Terutama faskes (fasilitas kesehatan) tingkat I, Puskesmas, wajib meningkatkan peran. Selain alat kesehatan yang lebih memadai, juga dilengkapi dokter spesialis, serta sarana rawat inap. Boleh jadi, masyarakat lebih memilih berobat ke faskes terdekat. Selain murah, juga mudah (tidak berbelit-belit).
Puskesmas, kini telah semakin meningkat dalam fungsi layanan kesehatan. Bahkan memiliki peralatan tak kalah dengan rumahsakit swasta. Terdapat 144 jenis diagnosis yang bisa ditangani oleh Puskesmas. Termasuk diagnosis yang semestinya dilakukan oleh dokter spesialis. Misalnya, pneumonia danbronkopneumonia, serta tuberkulosis(TBC) paru tanpa komplikasi (spesialis penyakit dalam). Begitu pulapenanganananemia defisiensi besi pada kehamilan.
Meningkatnya peran (layanan) di Puskesmas, kini menjadi andalan masyarakat. Tidak perlu repot mengurus BPJS. Di Surabaya misalnya, berobat ke Puskesmas bisa gratis untuk seluruh warga Surabaya. Sebaliknya ke rumahsakit lain dengan BPJS, terasa lebih sulit. Bahkan karena sering kisruh, banyak peserta menarik diri dari program BPJS. Awalnya, masyarakat mengira bisa dilayani langsung oleh rumahsakit (RS) rujukan.
Tetapi prosedur BPJS mewajibkan pelayanan awal pada faskes tingkat pertama. Bahkan rujukan juga dibatasi sebanyak 15%. Masyarakat kecele. Padahal hak masyarakat mestilah ditunaikan, walau tanpa kartu kesertaan BPJS. Sebagaimana dimandatkan UUD pasal 28H ayat (1), bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, … serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Di Jawa Timur, beberapa Puskesmas dengan klasifikasi pelayanan rawat inap biasanya juga memiliki dokter spesialis. Walau dokter spesialis tidak selalu standby 24 jam di Puskesmas, karena dibutuhkan di tempat lain.Dalam hal me-wabahnya DB, dan kolera, Puskesmas akan menjadi “pilar” pengharapan kesehatan masyarakat.Karena belum ditemukannya vaksin melawan virus DB, pemerintah daerah seyogianya me-masal-kan program foging (peng-asapan) dan pengerukan saluran.
Masyarakat juga harus semakin membiasakan diri mengelola sampah rumahtangga. Serta tetap dengan gerakan 3M.

——— 000 ———

Rate this article!
Hujan, Jaga Kesehatan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: