HUT TNI Ke-70 di Mojokerto Diisi Drama

Situasi drama kolosal penggambaran perang PB Soedirman melawan penjajah Belanda di GOR A Yani Kota Mojokerto, Senin (5/10) kemarin. [kariyadi/bhirawa]

Situasi drama kolosal penggambaran perang PB Soedirman melawan penjajah Belanda di GOR A Yani Kota Mojokerto, Senin (5/10) kemarin. [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Ada yang berbeda dalam peringatan HUT TNI ke 70 di Mojokerto, Senin (5/10) kemarin. Tak hanya unjuk kebolehan dibidang militer, sedikitnya 150 prajurit menampilkan drama kolosal dengan tema perjuangan heroik Jenderal Soedirman sebagai motor perlawanan kepada penjajah khususnya TNI AD.
Dalam drama musikal itu digambarkan pertempuran sengit antara tentara penjajah Belanda dengan pasukan Tentara Kemanan Rakyat (TKR). Ratusan prajurit berperan sebagai TKR dan pasukan tentara Belanda. Dalam drama itu, terlihat meski dalam kondisi sakit keras dan ditandu, Panglima Besar (PB) Soedirman gagah berani memipin TKR untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari agresi militer II Belanda.  Sepenggal fragmen itu ditampilkan di lapangan GOR A Yani Kota Mojokerto
”Drama kolosal ini merefleksikan bahwa keberhasilan Jenderal Soedirman bersama rakyat mempertahankan kemerdekaan, itu yang menjadi kekuatan kita,” kata Komandan Brigade Infanteri 16 Wira Yudha Kediri, Kolonel Inf Bambang Sujarwo kepada wartawan usai memimpin upacara HUT TNI, (5/10) kemarin.
Menurut Bambang, drama kolosal itu mengangkat kembali semangat perjuangan PB Sudirman pasca proklamasi kemerdekaan RI. Meski dalam kondisi sakit, tahun 1948 silam, Jenderal Soedirman diberi amanat oleh Presiden Soekarno untuk melawan agresi militer II Belanda yang ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia. Indonesia dihadapkan pada perang modern, dimana pihak ketiga menyusupi masyarakat untuk melakukan pemberontakan terhadap NKRI.
”Perang modern sudah masuk Indonesia, pimpinan hingga jajaran bawah memerintahkan membantu rakyat seperti dalam hal swasembada pangan. Bentuk nyata di lapangan, TNI menggelar sosialisasi kepada generani muda untuk melakukan perang yang menggunakan pihak ketiga,” ungkap pria dengan pangkat tiga melati di pundak ini.
Masih kata Danbrigif 16/Wira Yudha, pihak ketiga itu bisa dilakukan negara maju yang menyusupi masyarakat Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu energi besar. Seperti unjuk rasa penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), masyarakat yang tak mampu ditekan sehingga dikuasai pihak asing.
”Buruh disusupi sehingga ada demo, efeknya perusahaan gulung tikar. Begitu juga Narkoba di kalangan generani muda, Narkoba dari luar negeri yang disusupkan ke Indonesia sehingga kami mengajak generasi muda perang terhadap Narkoba,” katanya.
Sementara itu, selain pertunjukan drama kolosal perjuangan PB Soedirman, acara peringatan HUT TNI kali ini juga diramaikan dengan pameran alutsista TNI AD. Diantaranya berupa senapan mesin berat milik Yonif Para Raider 503 Mayangkara, serta meriam kaliber 52,7 mm dan mobil peluncur rudal kaliber 160 mm milik Yon Arhanud 8 Sidoarjo. [kar]

Tags: