Hutan di Gunung Arjuno Rusak Parah, Sumber Mata Air Semakin Berkurang

Gunung Arjuno saat ini kondisinya gersang dan rusak. Akibatnya sumber mata air semakin berkurang. [Hilmi Husain]

Degradasi Lahan dan Kini Tak Tampak Lagi Flora dan Fauna
Pasuruan, Bhirawa
Saat melintas di wilayah Gempol hingga Malang, pandangan mata akan tertuju pada kegagahan dan keindahan Gunung Arjuna. Dari gunung setinggi 3.339 m dpl terdapat kekayaan alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah tingginya debit air. Namun kondisi gunung yang berada di daerah yakni Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan cukup mengenaskan karena kondisi hutannya yang rusak parah.
Hutan di kawasan Gunung Arjuno kondisinya makin mengkhawatirkan. Kerusakan hutan akibat penebangan liar oleh oknum-oknum tertentu menjadi penyebab utamanya.
Koordinator Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kaliandra Sejati, Syarifudin menyampaikan hutan rusak akibat penebangan liar sudah berlangsung selama 20 tahun. Akibatnya, tingkat penyusutan lahan juga tak bisa terhindarkan, sehingga bisa mengancam ekosistem sekitar.
Yang lebih ironi, flora dan fauna yang dulu banyak dijumpai, saat ini mulai tak terlihat lagi, degradasi (pengurangan) lahan terus terjadi di lereng Gunung Arjuno. “Kerusakan hutan Gunung Arjuno berlangsung lama. Sekitar 20 tahun lamanya. Tingkat penyusutan menurun drastis. Bahkan, flora dan fauna yang dulu banyak dijumpai, sudah mulai tak terlihat lagi,” ujar Syarifudin, akhir pekan lalu.
Terlebih, Gunung Arjuna yang merupakan daerah tangkapan air dan hulu dari sungai Brantas (sungai terpanjang di Jatim) terancam susut sumber mata airnya karena kondisi hutan yang semakin rusak.
Padahal, Gunung Arjuna memiliki arti penting bagi hampir 2 juta warga Kabupaten dan Kota Pasuruan, atau secara umum mampu memenuhi kebutuhan air bagi 43% masyarakat Jatim (data Balai Besar Wilayah Sungai Brantas).
“Turunnya sumber mata air akibat hutan yang semakin tak terawat atau rusak. Saat ini hanya tersisa beberapa sumber mata air saja. Dampaknya akan berimbas pada warga lereng Arjuno yang akan mengalami krisis air bersih. Nantinya ada 37 desa di 10 Kecamatan di Kabupaten Pasuruan mengalami kekeringan yang cukup mengkhawatirkan,” kata Syarifudin.
Untuk menanggulangi upaya rehabilitasi hutan Gunung Arjuno tersebut, pihaknya menggandeng sejumlah pihak untuk berkolaborasi. Pihak swasta dituntut untuk memiliki komitmen, peduli menjaga keberlanjutan sumber daya air. Karena, seluruh kegiatan operasional perusahaan, air menjadi satu hal yang menjadi kebutuhan utama.
Head Environment, Health, and Safety (EHS) Sampoerna, Imron Hamzah mengatakan tuntutan itu dipenuhi dengan mengajak seluruh stakeholder lingkungan. Pada tahun 2009-2014, Sampoerna berkolaborasi dengan Yayasan Kaliandra Sejati tuntaskan program pelestarian hutan dan mata air Gunung Arjuna.
Mengusung Konsep Hutan Asuh, penanaman dilakukan di hutan lindung sebanyak 75.000 pohon, penanaman 27.000 bambu dan membuat 100 sumur resapan melibatkan ratusan warga sekitar. “Sumber daya air dan lingkungan lainnya harus menjadi perhatian semua pihak. Makanya, kolaborasi multipihak harus direalisasikan sesegera mungkin,” tandas Imron Hamzah. [Hilmi Husain]

Tags: