Hutang PDAM Karena Pemaksaan Program Pusat

Warga mengantre air bersih drop dropan Pemkab Probolinggo.

Warga mengantre air bersih drop dropan Pemkab Probolinggo.

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Menyoal penyertaan modal dalam sidang lanjutan paripurna perihal pandangan umum fraksi terhadap 3 Raperda, wakil ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, M. Yasin mengungkapkan, penyertaan modal BUMD seperti PDAM murni disebabkan program tumpang tindah dari pusat.
“Hutang PDAM yang mencapai 22 milyar 500 juta rupiah bukan disebabkan kerugian pihak PDAM dalam mengelola keuangan perusahaan. Tapi disebabkan program pusat seperti pipanisasi dari yang dikerjakan PU dibebankan pada PDAM,” terang M. Yasin, Selasa (6/9).
M. Yasin menambahkan, dengan beban program yang dipaksakan dari pusat, tentu sangat rasional bila peemrintah kembali memberikan penyertaan modal agar perusahaan air minum daerah tersebut tetap eksis. Bahkan DPRD dalam padangan umum fraksi meminta pihak PDAM untuk terus meningkatkan pelayanan yang lebih baik terhadap pihak PDAM.
Sementara itu, Direktur PDAM Bambang mengungkapkan, sebelum dirinya menjabat Direktur PDAM, BUMD tersebut sudah memiliki utang sebesar 22 Milyar 500 juta. Dengan penyertaan modal dari pemerintah, Bambang yakin bahwa PDAM akan mampu bekerja lebih baik. “PDAM terus melakukan berbagai perbaikan agar BUMD tersebut bisa bekerja maksimal,” tandasnya
Lebih lanjut dikatakannya, Pemkab Probolinggo kembali mendapatkan kucuran  dana segar dari APBN untuk  mengantisipasi dampak kekeringan. Jumlahnya mencapai Rp 30 miliar. Anggaran itu dialokasikan untuk mengubah sistem penyedotan air yang semula pakai pompa ke sistem gravitasi.
Sebelumnya, PDAM menurut Bambang, melakukan kajian atas debit air di Kali Tancak,  Kecamatan Tiris. Dari hasil kajian tersebut, diketahui bila Kali Tancak bisa menghasilkan debit air 200 liter per detik jika menggunakan sistem gravitasi.
Naik tiga kali lipat dari sistem pompa yang hanya meng hasilkan 50  liter per detik. Karena itulah, tahun lalu pihaknya mengajukan anggaran ke pemerintah pusat untuk mengubah sistem penyedotan air tersebut. “Syukurlah, upaya dan dukungan Ibu Bupati (Puput Tantriana Sari) membuat pengajuan anggaran ini  bisa terealisasi,” terangnya.
Dengan debit yang naik tiga kali  lipat, direncanakan cakupan layanan  atau distribusi air tersebut bisa lebih luas. Sementara ini, beberapa desa yang dialiri dengan debit tersebut yakni Desa Gunung Geni, Desa Banyuanyar Kidul, Desa Liprak Kidul di Kecamatan Banyuanyar.
Kemudian Desa Tiris dan Desa Pedagangan di Kecamatan Tiris; Desa Condong, Kecamatan Gading;  Desa Bulujaran Lor, Kecamatan Tegalsiwalan serta Desa/Kecamatan Maron. Jika cakupan diperluas, maka  desa-desa yang dilanda kekeringan menurut Bambang, akan terbebas.
Misalnya, seperti Desa Gunung Bekel dan Bulujaran  Kidul di Kecamatan Tegalsiwalan. “Termasuk desa-desa lainnya yang dilanda kekeringan. Nanti dialiri melalui pipa-pipa yang akan kami pasang hingga daerah-daerah sulit,” tambahnya. [wap]

Tags: