Ibu Rumah Tangga Tertinggi Tertular HIV/AIDS, Mayoritas di Usia Produktif

Dinkes Kabupaten Probolinggo menggelar rakor penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. [wiwit agus pribadi]

Upaya Pemkab Probolinggo Tangani Masalah AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (bagian – 1)
Kab Probolinggo, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten Probolinggo memberikan perhatian khusus terhadap masalah penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Sebab penyakit mematikan tersebut masih ditemukan di kabupaten yang memiliki motto ‘Prasadja Ngesti Wibawa’ tersebut.
Untuk menangani masalah tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo pun menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM) di ruang pertemuan Jabung 1 Kantor Bupati Probolinggo. Sasaran kegiatan ini adalah Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di luar Dinkes Kabupaten Probolinggo, serta Pimpinan Badan Usaha/Perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo.
Selama kegiatan mereka mendapatkan materi tentang analisa situasi ATM di Kabupaten Probolinggo, peran OPD dan swasda dalam penanganan ATM, peran KPA dalam penanganan HIV/Aids di Kabupaten Probolinggo serta diskusi dan RTL oleh narasumber dari Dinkes Kabupaten Probolinggo dan Sektap KPA Kabupaten Probolinggo.
Epidemiologi Ahli Muda pada Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Dewi Vironica mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat pemberantasan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria di Kabupaten Probolinggo, meningkatkan sumber daya daerah serta partisipasi pihak terkait mengakhiri endemic HIV, TBC dan Malaria melalui konstribusi pendanaan dalam penanggulangan ATM.
“Selain itu, penguatan komitmen kepemimpinan Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mendukung pencegahan pengendalian ATM sesuai strategi dan Rencana Aksi Program Nasional ATM,” ungkapnya.
Sementara Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo Heri Sulistyanto menyampaikan agar penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan malaria ini harus mendapatkan support penuh dari semua OPD di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Probolinggo, serta badan usaha/perusahaan di Kabupaten Probolinggo.
“Permasalahan AIDS, Tuberkulosis dan malaria ini merupakan permasalahan yang terjadi di Kabupaten Probolinggo. Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan bersama-sama baik oleh OPD maupun perusahaan di Kabupaten Probolinggo,” katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono mengungkapkan, penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo pada 2022 hingga Mei ditemukan kasus baru HIV/AIDS sejumlah 59 orang, dimana 41 orang masih dalam pengobatan dan 18 orang meninggal dunia karena AIDS.
“Untuk data total penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo mulai tahun 2000 hingga Mei 2022 mencapai 2.277 orang, dimana 1.584 orang masih dalam pengobatan dan 693 orang meninggal dunia,” ujarnya.
Shodiq menjelaskan, kasus penemuan dan pengobatan TBC di Kabupaten Probolinggo tahun 2021 adalah sebesar 46 persen dari target 85%, dimana menempati posisi ke-17 dalam penemuan kasus di Jawa Timur (SITB, 2021).
“Penemuan kasus terduga tuberkulosis di tahun 2021 hanya dapat menemukan 3.027 terduga dari total target nasional sebanyak 12.060 terduga (25,09%), anak yang menderita tuberkulosis sejumlah 33 orang. Di samping itu, juga terjadi peningkatan kasus TBC RO di Kabupaten Probolinggo dimana pada tahun 2021 ditemukan 14 kasus terkonfirmasi TB RO,” jelasnya.
Menurut Shodiq, Kabupaten Probolinggo saat ini dalam tahap pemeliharaan eliminasi Malaria. Namun pada tahun 2020 ditemukan 1 kasus malaria import dan pada tahun 2022 di temukan 3 kasus import dari daerah lain. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan srategi pemeliharaan eliminasi malaria di Kabupaten Probolinggo.
“Peran lintas sektor, program dan masyarakat dalam pemeliharaan malaria dilakukan dengan penguatan survailans migrasi, diagnosis dan tatalaksana serta sistem kewaspadaan dini dan respons, pemetaan daerah dengan penduduk bermigrasi ke/dari daerah malaria dan stakeholders terkait, pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vector (nyamuk anopheles) sesuai bukti lokal serta penguatan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat dan pengorganisasian pemeliharaan eliminasi malaria,” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakannya, temuan penderita kasus HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo terus bertambah. Hingga separo tahun 2022, sudah ditemukan 82 penderita HIV/AIDS baru. Ironisnya, sebanyak 12 orang dengan HIV (ODHIV) merupakan ibu hamil (bumil). Upaya penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo terus dilakukan. Dimulai dengan menemukan penderita HIV/AIDS baru. Hingga akhir Juni 2022, tercatat ada 82 ODHIV baru di Kabupaten Probolinggo.
“Mulai tahun 2010 sampai 2022 bulan Juni akhir, total penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo ada 2.277 orang. ODHIV yang meninggal 693 orang dan yang masih hidup 1.584 orang. Untuk tahun 2022 saja, separo tahun sudah ditemukan 82 ODHIV,” katanya.
Ironisnya, dikatakan Dewi, dari 82 ODHIV baru yang ditemukan, ada 12 ODHIV yang merupakan ibu hamil. Kondisi ini menjadi perhatian serius pihaknya. Harapannya, HIV/AIDS yang diderita ibu tidak menular pada bayi. Oleh karena itu, ibu hamil yang positif HIV/AIDS harus menjalani proses persalinan melalu operasi Caesar. Agar bayi dalam kandungan yang dilahirkan tidak tertular virus HIV/AIDS tersebut.
Sebab, bayi dalam kandungan bumil HIV, belum tentu positif HIV juga. Oleh karena itu, bumi yang terdeteksi positif HIV diberi obat HIV dengan tujuan bayinya tidak tertular. Setiap bayi yang lahir dari bumil HIV, pasti diberi obat profilaksis untuk mencegah tertular HIV dari ibunya.
“Mereka (ibu hamil positif HIV) akan dikonsulkan ke dokter spesialis kandungan dan spesialis penyakit dalam. Selain itu, mereka diberikan obat pencegahan penularan HIV ke janinnya. Juga diberi edukasi untuk pemeriksaan HIV terhadap pasangannya. Termasuk menjadwalkan untuk Caesarnya,” terangnya.
Di sisi lain, penderita HIV/AIDS tertinggi di kabupaten ternyata ibu rumah tangga (IRT). Diduga mereka tertular dari suaminya yang biasa gonta ganti pasangan. Sebab, HIV/AIDS menular dari berhubungan seksual. Selain itu, HIV/AIDS itu paling banyak diderita oleh usia produktif. Yaitu, usia 25 tahun sampai 49 tahun. “Paling tinggi HIV/AIDS diderita ibu rumah tangga. Dari 1.584 orang dengan HIV di Kabupaten Probolinggo, hanya 538 orang yang masih pengobatan. Sisanya tidak berobat dan masih menularkan,” tambahnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: