Iffa Soraiya, Penerima Nugra Jasadarma Pustaloka 2017

Iffa Soraiya

Minim Tempat Baca, Relakan Rumah Jadi Perpustakaan
Sidoarjo, Bhirawa
Minimnya tempat baca atau perpustakaan yang nudah dijangkau masyarakat, terutama anak-anak dan remaja membuat Iffa Soraiya perihatin. Warga Blok B-10 Perumahan Larangan Mega Asri, Sidoarjo ini pun harus merelakan rumahnya untuk dijadikan perpustakaan gratis. Ruang baca yang diberi nama ‘Bait Kata’ tersebut diisi dengan ribuan buku-buku koleksi pribadinya.
Berkat perjuangan dan kerja kerasnya dalam memfasilitasi agar anak-anak di lingkunganya bisa berkumpul untuk membaca buku-buku, literatur serta majalah, perempuan kelahiran Jombang 1 Oktober 1968 inipun  mendapat penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka 2017.   Sebuah, penghargaan tertinggi dibidang perpustakaan yang diberikan pemerintah kepada pihak-pihak yang telah memberikan sumbangsih, dan dedikasinya dalam pengembangan perpustakaan dan budaya baca di Indonesia.
Kiprah Iffa Suraiya ini memang patut dicontoh. Ketika banyak orang memilih memanfaatkan rumah sebagai tempat bisnis.  Ia malah membuka perpustakaan gratis, hingga sekarang ini telah terisi sekitar 11 ribu buku.
“Karena, selain menjadi tempat menyalurkan hobi, perpustakaan rumah juga berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi buku-buku terkenal,” jelasnya.
Rumahnya dua lantai yang selalu siap menyambut ramah pengunjung. Di sisi depan terdapat papan bertulisan ‘Bait Kata Library’ yang didirikan Iffa pada 29 Desember 2011. Bagian dalam perpustakaan dibuat sangat menarik. Masuk pintu utama, pengunjung disuguhi dua rak buku memanjang yang penuh dengan beragam jenis buku best seller. Mulai Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer hingga Harry Potter milik J.K. Rowling serta buku cerita anak.
“Sedangkan untuk buku remaja, kebanyakan teenlit, sengaja diberi ruang khusus,di lantai dua,” tuturnya.
Sedari kecil, Iffa mengaku  senang membaca, buku kali pertama yang dibelinya adalah buku berjudul Bung Hatta Menjawab. Buku tersebut, kata Iffa, berisi pandangan-pandangan Bung Hatta tentang kemerdekaan Indonesia. Sayangnya, buku tersebut sudah tidak diketahui rimbanya kini.
“Ketika sekarang pengin baca lagi, buku itu sudah nggak ada. Sudah tidak ada yang jual lagi, ” ungkapnya.
Menurutnya, kehilangan buku sama halnya dengan kehilangan harta. Baginya, kakrena buku selain sumber hiburan, buku merupakan sumber ilmu yang tidak bisa digantikan. Makanya, saya tidak ingin peristiwa kehilangan buku terulang lagi.
“Buku, majalah maupun literatur yang saya miliki semua ini. Berhasil menjadi perpustakaan mini keluarga ‘Bait Kata’ ini,” terang Iffa mengenang.
Usai mendapatkan penghargaan, menurutnya bukan sesuatu yang dibanggakan secara berlebihan. Namun ini justru menjadi titik awal untuk melangkah lebih jauh, mengembangkan ‘Bait Kata’ demi meningkatnya minat baca masyarakat. Hingga sekarang ini masih sulit untuk menjumpai tempat baca, atau perpustaan yang mudah dijangkau di masyarakat.
“Saya berharap terhadap pemerintah, kalau bisa perpustakaan itu ada dimana-mana seperti toko swalayan, yang ada dihampir sudut desa dan maupun perumahan,” harap Iffa Soraiya alumnus Jurusan Komunikasi Universitas Diponegoro (Undip) itu. [ach]

Tags: