Ikhtiar Melahirkan Generasi Film Lewat Pendidikan Vokasi

Siswa SMK Dr Soetomo Surabaya jurusan Produksi Film dan Program Televisi mulai belajar mengenali perangkat untuk produksi film secara langsung.

Menilik Jurusan Produksi Film dan Program Televisi di SMK Dr Soetomo Surabaya
Surabaya, Bhirawa
Sejarah telah mencatat narasi panjang tentang dinamika dunia perfilman di Indonesia. Di sana ada serentetan nama-nama maestro film yang telah sukses dengan karya-karya terbaiknya. Sebagian di antaranya belajar secara otodidak dengan magang menjadi asisten sutradara. Namun ada pula generasi film yang lahir dari bangku sekolah tanpa magang sebelumnya. Generasi yang muncul di era 2000-an, Garin Nugroho contohnya.
Perkembangan industri kreatif bidang perfilman kini memang sedang pesat. Ruang untuk menyiapkan generasi perfilman di Indonesia pun semakin terbuka. Jika semula film hanya diajarkan di fakultas sinematografi perguruan tinggi. Kini, film juga menjadi bidikan pendidikan vokasi di SMK. Ini setelah disahkannya spektrum baru SMK pada akhir 2016 lalu oleh Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud. Dan SMK Dr Soetomo Surabaya (Smekdors) berada di baris terdepan dalam implementasinya.
“Sudah tujuh tahun kami menjadi tuan rumah Festival Film Surabaya (FFS) yang peminatnya tidak hanya dari Jawa Timur melainkan se-Indonesia. Berangkat dari antusiasme itu, kita memilih untuk mendirikan jurusan baru ini. Jurusan produksi film dan program televisi,” tutur Kepala Smekdors Juliantono Hadi.
Awal membuka jurusan baru ini, Anton sapaan akrab Juliantono mengaku cukup puas. Setidaknya dia mampu mendapatkan 30 peserta didik baru. Jumlah itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi satu rombongan belajar.
“Sementara ini kita memang hanya membuka satu rombel dulu. Sembari melengkapi sarana pra sarana agar pembelejaran semakin efektif,” kata dia.  Selain telah lama bergelut di dunia film. Anton juga melihat tingginya peluang yang dijanjikan pada sektor industrk kreatif itu. Karena film saat ini tidak selalu berhubungan dengan rumah produksi yang fokus memproduksi film layar lebar. Tetapi film saat ini telah menjadi sarana komunikasi yang dibutuhkan berbagai pihak. Untuk promosi, sosialisasi bahkan dokumentasi.
Sebagai pendidikan vokasi, keterampilan jelas paling diutamakan. Apakah terampil dalam menyusun naskah atau mahir menjadi director of photography (DOP / sinematografer. Keduanya harus dimiliki siswa pada jurusan ini. Karena itu, Anton tidak hanya memgandalkan guru yang sudah ada di sekolah. Praktisi film dan akademisi dari perguruan tinggi pun ia datangkan sebagai guru bagi murid-muridnya. “Kita tarik akademisi dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Institut Seni Indonesia (ISI),” tandasnya.
Ketua Jurusan Produksi Film dan Program Televisi Ashari Cahyono menambahkan, kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa meliputi penulisan naskah, penyutradaraan, sinematografer, artistik dan editing. Semula, kegiatan perfilman ini sudah banyak dikembangkan melalui ekstra kurikuler Smekdors Movie Maker. Aktornya adalah anak-anak dari jurusan multimedia. Namun perkembangan spektrum SMK saat ini mengarahkan jurusan tersebut pada desain grafis dan percetakan.
“Kita tergetkan setiap semester siswa bisa menghasilkan satu film pendek. Sehingga pembelajarannya akan benar-benar fokus pada praktikum,” kata Ashari.

Tags: