Ikut Andil Cetak Anak Berprestasi, Pemkot Surabaya Apresiasi Jasa-jasa Guru

Wali Kota Tri Rismaharini ketika memberikan penghargaan kepada salah satu guru, Minggu (3/12).[andre/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengucapkan banyak terima kasih kepada para guru atas jasa-jasanya memberikan sumbangsih yang besar terhadap Kota Surabaya. Berkat para guru, Kota Surabaya akhirnya mendapatkan penghargaan sebagai Learning City dari Unesco PBB.
”Ucapan yang tulus dari kami putera-puteri bangsa. Pada 2017 merupakan tahun yang membahagiakan bagi Kota Surabaya. Surabaya terpilih oleh Unesco sebagai Learning City. Semakin banyak anak-anak berprestasi di Kota Surabaya. Semakin menurun juga kenakalan remaja di kota ini,” kata Risma ketika menghadiri HUT PGRI ke-72 dan Hari Guru Nasional ke-24 di Gelora 10 Nopember, Minggu (3/12).
Pada tahun ini, peringatan HUT PGRI mengusung tema Guru Surabaya Siap Berinovasi dan Berkarya untuk Mendukung Surabaya sebagai Barometer dan Inspirator Pendidikan Nasional.
Risma juga akan memberikan sertifikat penghargaan untuk 26.000 guru di Surabaya. Dalam kesempatan tersebut dilakukan pemberian secara simbolis penghargaan pengabdian guru dengan masa bakti 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun oleh Wali Kota Surabaya.
Selain itu Risma juga menyerahkan penghargaan kepada almarhum Didik Yudi Ranu Prasetyo atas pengabdiannya dalam bidang pendidikan dan perlindungan anak di Kota Surabaya yang diterima istri almarhum Didik. Risma kemudian memberikan bunga kepada guru dan diikuti oleh siswa lainnya menyerahkan ke guru masing-masing.
Kemarin juga dihadirkan Senam Tongkat yang disajikan oleh 1.000 guru dari Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI). Tak kalah dengan IGTKI, antusiasme 2.000 guru TK, SD dan SMP terlihat dalam Line Dance Surabaya dan Semanggi Suroboyo.
Usai memberikan penghargaan Risma mengatakan bahwa anak-anak Surabaya akan menjadi anak yang tak hanya berprestasi, namun anak-anak juga memiliki nurani yang baik dan hal tersebut merupakan sebuah kebanggaan atas prestasi yang diapresiasi oleh negara lain.
”Surabaya telah menggunakan ujian berbasis komputer. Dengan metode tersebut menjadikan anak-anak menjadi jujur. Setiap tahun dalam lima tahun ini Surabaya mendapatkan juara pada Porseni Jatim. Itu berarti anak-anak kita bisa menggunakan otak kiri dan otak kanan,” katanya. [dre]

Tags: