IMM Surabaya Desak Pemerintah Pusat Lakukan Perbaikan Ekonomi

Aksi ratusan massa yang tergabung dalam IMM Kota Surabaya di depan gedung DPRD setempat, Selasa (25/9).[andre/bhirawa]

DPRD Surabaya, Bhirawa
Ratusan massa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Surabaya melakukan aksi turun ke jalan di depan gedung DPRD, Selasa (25/9).
Tuntutan para massa aksi pada kali ini agar rezim pemerintah segera melakukan perbaikan dan memunculkan solusi dari terpuruknya ekonomi nasional saat ini.
”Dollar semakin menguat dan membuat rupiah terpuruk. Otomatis daya beli masyarakat menurun karena harga-harga semakin mahal,” kata Syarifudin selaku Korlap aksi ketika melakukan orasi.
Kondisi itu, menurutnya, semakin diperparah dengan kondisi tingginya jumlah PHK yang saat ini tengah terjadi. ”Ini menjadikan daya beli masyarakat menurun. Ketika daya beli menurun di tengah harga menjulang tinggi, maka inflasi semakin tinggi,” tambah Syarifudin.
Untuk itu, massa aksi mendesak agar pemerintah segera merespon dengan mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat. ”Rezim saat ini perlu bertanggung jawab. Perbaikan ekonomi harus segera dilakukan. Jangan biarkan masyarakat menderita karena kemiskinan terus merajalela,” lanjut Syarifudin diiringi pekik setuju dari ratusan massa aksi.
Tuntutan serupa sebelumnya juga dilakukan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surabaya. Mereka Jumat (21/9) lalu juga melakukan aksi turun ke jalan di Surabaya. Aksi ini salah satunya menuntut adanya kesigapan pemerintah dalam merespon permasalahan di sektor ekonomi.
Sebagai informasi, ratusan massa HMI Cabang Surabaya melakukan aksi turun ke jalan di Surabaya. Aksi ini salah satunya menuntut adanya kesigapan pemerintah dalam merespon permasalahan di sektor ekonomi.
”Hingga saat ini Indonesia belum berdikari. Impor mengalami kenaikan di setiap tahun. Dibandingkan pada 2017, nilai impor kita sudah meningkat 31,56 persen,” kata Ketua Umum HMI Cabang Surabaya Andik Setiawan saat ditemui Bhirawa.
Selain itu, maraknya Tenaga Kerja Asing (TKA) Indonesia juga turut menjadi tuntutan para massa aksi yang seluruhnya merupakan mahasiswa ini.
”Di Indonesia ada 85.974 TKA, 24 ribu di antaranya berasal dari Tiongkok. Parahnya lagi, pada 2018 ini nilai tukar rupiah hampir menyentuh angka Rp 15.000,” cetus Andik dengan nada protes. [dre]

Tags: