Sidoarjo Incar Adipura, tapi Terganjal Sampah

5-HL-sampahSidoarjo, Bhirawa
Kabupaten Sidoarjo berhasil meraih piala Adipura selama lima tahun berturut-turut (2010-2015) dan tahun depan berambisi untuk merebut Adipura Paripurna. Namun ada beberapa kendala yang akan dihadapi untuk merealisasikannya, salah satunya masalah sampah.
PJ Bupati Sidoarjo, Drs EC Jonathan Judianto M MT,  mengatakan untuk bisa meraih Adipura Paripurna atau sebelumnya bernama Adipura Kencana butuh kerja keras semua pihak, karena, konsep penilaian tahun depan berbeda.
Untuk dapat meraih Adipiura Paripurna, maka lebih dulu pemkab/pemkot harus dapat meraih Adibuana, Adikirana, baru dapat Adipura Paripurna. “Harus ada komitmen antara pemerintah dan masyarakata, untuk mewujudkan, sehingga bisa menjadi paripurna , tentu saja kita harapkan dukungan dewan,untuk support masalah anggaran yang dibutuhkan,  sehingga semuanya  akan berjalan lancar,” kata Jonathan Judianto Minggu (29/11) kemarin.
Sementara itu Staf ahli Bupati, M Syafik mengatakan, penilaian Adipura saat ini memang berubah dan lebih selektif. Dari sejumlah daerah yang meraih Adipura Kencana memiliki program yang menonjol seperti inovasi pengelolahan sampah pasar dengan memilah sampah basah dan sampah kering. Sehingga residunya saja yang dibuang ke TPA. ”Kemudian bagaimana sampah yang yang dibuang itu bisa kembali dimanfaatkan untuk masyarakat,” kata M Sayfik.
Kemudian pengelolahan sampah di TPA. Kini tidak bisa lagi open dumping. Tapi yang diminta oleh UU 12/2008 itu adalah bahwa TPA sudah harus konsep sanitary landfill. Sehingga sampah bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat.
”Tidak manual lagi, tapi bermanfaat bagi masyarakat, juga harus ada peran serta dari masyarakat tidak hanya oleh pemrintah saja, hanrus banyak inovasi dalam mengolah sampah, ” katanya.
Sampah hingga kini masih menjadi masalah penting di beberapa daerah di Sidoarjo, upaya mencari terobosan untuk menekan volume sampah terus dilakukan. Namun sejauh ini masih sulit, budaya masyarakat membuang sampah di sembarang tempatr makin merusak keindahan lingkungan.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sidoarjo sudah tidak terhitung berinovasi, misalnya dengan membakar sampah, menempatkan bak sampah di sudut jalan supaya sampah di buang di bak sampah. Memasang tulisan larangan membuang sampah. Sejauh ini masih gagal, bak sampah di Lingkar Timur Sidoarjo, hanya menjadi monumen saja. Sampah dilempar begitu saja dari atas kendaraan, dan kebanyakan meleset jatuh di luar bak sampah. Toh tidak ada upaya mengambil dan mengembalikan ke bak sampah. Sehingga sampah tercecer di sekitar bak penampungan sampah.
Kesal dengan tingkah laku begitu, akhirnya bak sampah di tarik karena pertcuma ada bak masih tetap membuang di luar bak. Meski bak sampah sudah ditarik, ternyata kebiasaan masyarakat membuang sampah tidak berubah. Tanpa ada bak, tetap saja sampah di sekitar jalan lingkar timur. Pemandangan serupa di perumahan Bumi Citra Fajar (BCF), desa Bulu Sidokare, Sidoarjo. Di mulut perumahan itu menumpuk dan bahkan kececeran di jalan raya perumahan itu. Bak sampah sudah disediakan tetapi tidak digubris.
Wignyo, warga BCF, menyayangkan pembuang sampah. Diyakini, bahwa sampah itu bukan dari warga BCF, sampah yang di buang di mulut masuk dari selatan perumahan itu dihasilkan oleh warga  di luar BCF.  “Hal ini sudah kita sampaikan ke desa, tetapi tidak ada langkah-langkah,” ujarnya.
Kepala DKP Sidoarjo, Bahrul Amig, merasa kesal dengan ulah oknum pembuang sampah. Pemkab sudah menyediakan fasilitas, dengan bak sampah. Bahkan desa yang mengalami kesulitan dengan sampahnya, diminta untuk kordinasi dengan DKP untuk mencarikan solusi tepat. Untuk sampah di perum BCF itu sudah lama menjadi keluhan masyarakat. DKP sudah memberikan bak sampah, tetap saja bak yang sifatnya sementara itu tidak menampung karena makin lama volume sampah makin banyak. Tentu saja tidak sehat bagi lingkungan karena lokasi ityu sebenarnya tidak layak jadi tempat sampah. [kus, hds]

Tags: