Indek Kerukunan Umat Beragama Jatim Dibawah Rata-rata Nasional

Moh. Ersyad Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Jawa Timur (kiri), Wakil Ketua FKUB Jatim H.A. Hamid Arif (pegang Mik) dan Dandim 0824 Jember Letkol Inf. Arif Wirawan (kanan) dalam Rapat Sinkronisasi dan Fasilitas Penyelenggaraan Toleransi Sosial Wilayah Bakorwil V Jember, Senin (15/7/2019).

(Konflik Internal Agama Jadi Pemicu Utama)

Jember, Bhirawa
Indek Kerukunan Umat Beragama (IKUB) di Jawa Timur dilaporkan berada di bawah rata-rata nasional. Kondisi ini disebabkan karena 95 persen disebabkan konflik internal agama dan 4,5 persen disebabkan konflik antar agama. Sehingga IKUB Jawa Timur menduduki posisi 18 nasional.
Kondisi kerukunan umat beragama ini diungkapkan oleh Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Jawa Timur ,Moh. Ersyad , dalam Rapat Sinkronisasi dan Fasilitas Penyelenggaraan Toleransi Sosial Wilayah Bakorwil V Jember, Senin (15/7).
Menurut Ersad, konflik internal agama dipicu adanya perbedaan paham internal umat beragama. ” Hampir semua agama ada perbedaan internal, cuman yang mencuat dipermukaan itu hanya di Islam dan Konghucu. Konflik itu dipicu oleh perbedaan pemahaman, kalau di konghucu disebabkan oleh perbedaan aliran,” ujar Moh. Ersyad kemarin.
Pihak Kemenag ujar Ersyad sudah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan mengumpulkan masing-masing tokoh ormas keagamaan untuk diajak berdiskusi untuk menyelesaikan persoalan dimasing-masing lintas agama.
“Yang terjadi konflik bukan di tingkat tokohnya, tapi di tingkat bawah (akar rumputnya). Kita sepakat untuk penyelesain ditingkat akar rumput yang diselesaikan oleh pimpinan agama yang menaungi mereka. ” ujar Ersyad mencontohkan.
Ersyad member contoh, misalnya, Muhammadiyah maka diselesaikan oleh Muhammadiyah, NU diselesaikan oleh NU. Soalnya tidak mungkin NU menyelesaikan persolaan di Muhammadiyah, begitu sebaliknya,
Kedua lanjut Ersyad, melakukan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Mereka diajak untuk berdiskusi melalui pertemuan-pertemuan rutin yang sering dilakuan.
“Ya semacam coffee morning (pertenun informal). Kita ngomong tentang bagaimana menjalin kerukunan umat beragama untuk meningkatkan IKUB di Jawa Timur” katanya.
Keberadaab Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama yang sudah dibentuk di 8 Kabupaten di Banyuwnagi, Sumenep, Tuban, Gresik, Malang, Ponorogo, Madiun, dan Magetan.
Di harapkan dapat mampu memperbaiki IKUB di Jatim.” Kami berharap dengan berbagai upaya yang sudah dilakukan termasuk keberadaan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama di Jatim, mampu menggeser IKUB Jatim diposisi 15 atau 10 di tahun 2019 ini,” harapnya.
Hal senada juga disampaikn okeh H.A.Hamid Arif Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Timur. Menurut Hamid, FKUB Jatim telah memprogramkan pertemuan internal majelis agama.
“Misalnya Islam, kita ketemu dengan majelis Muhammadiyah, NU dan LDII. Kita bahas persoalan mendasar, apa yang menjadi persoalan sekunder didalam organisasinya. Begitupula di Kristen dan Katolik, kita ajak ngomong persoalan yang mendasar dan sekunder. Sehingga kita bisa melakukan verifikasi dan identifikasi persoalan di masing-masing internal. Kemudian mereka kita beri masukan, agar tokoh agama organisasi yang menyampaikan kepada umatnya. Karena organisasi satu tidak bisa ngomong ke organisasi lain. Ini masalah doktrin, tidak bisa kita dimasuki doktrin kelompok agama lain,” kata Hamid kemarin.
Program yang sudah dibuat oleh FKUB Jatim, diperkirakan Agustus depan sudah mulai dijalankan. Mereka di kumpulkan untuk mengidentifikasi problem internal. Sehingga akan diketahui mana persolan yang perlu dibicarakan dan mana persoalan yang tidak perlu dibahas.
“Seperti persoalan agama Konghucu di Tuban, setelah ditelusuri, ternyata itu hanya persoalan di internal pengurus sendiri bukan persoalan doktrin,” katanya mencontohkan. .
Sementara, Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf. Arif Wirawan mengatakan penyelesaian konflik komunal yang terjadi selama ini tergantung dari tokoh agama setempat. Karena menurut Arif, tokoh sentral menjadi penentu srategis, karena memahami dan mampu mengendalikan masyarakat sekiatar.
“Seperti konflik komunal yang terjadi di Aceh, Ambon dan Papua. Tokoh agama lebih dihormati oleh mereka,” ujarnya pula.
Dandim Arif Wirawan juga menceritakan pengalamannya saat bertugas dalam menyelesaikan konflik SARA yang telah terjadi di beberapa daerah di tanah air.
Kepala Bakorwil V Jember R.Tjahjo Widodo mengaku, pertemuan yang digagas oleh lembaganya diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi yang bisa memberikan kontribusi bagi Jatim dalam setiap menyelesaikan persolan konflik sosial.
“Dengan duduk bersama ini, diharapkan ada gagasan dan masukan dalam penyelesaian konflik sosial yang kemungkinan rawan terjadi di daerah khususnya dan Jatim pada umumnya. Sekaligus mengankat IKUB Jatim diatas rata-rata nasional,” pungkasnya.(efi)

Tags: