Indonesia Model Demokrasi Dunia Islam

ISISJakarta, Bhirawa
Pengamat Timur Tengah Hasibullah Satrawi mengatakan Indonesia dengan sistem NKRI pantas menjadi kiblat demokrasi di dunia Islam karena telah terjadi proses pematangan demokrasi yang luar biasa.
“Satu-satunya negara yang mungkin menjadi kiblat demokrasi dunia Islam adalah Indonesia. Di mana ada demokrasi yang lain. Mesir saja mau berguru soal demokrasi ke Indonesia,” kata Hasibullah Satrawi di Jakarta, Rabu (13/8) kemarin.
Selama ini yang diperhitungkan sebagai negara paling demokrasi di dunia Islam adalah Turki dan Iran. Hasib mengatakan Turki tidak mungkin menjadi model karena negara itu sekuler. Iran juga tidak mungkin karena Syiah.
Direktur Aliansi Indonesia Damai (AIDA) itu mengatakan seharusnya duta besar-duta besar Indonesia lebih percaya diri bicara tentang demokrasi.
“Di Kairo misalnya. Setidaknya NKRI tidak harus mengharamkan Ikhwanul Muslimin. PKS justru menjadi partai dan masuk ke dalam sistem,” tuturnya.
Alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu mengatakan apabila kelompok-kelompok jihadis lainnya di Indonesia juga bisa masuk ke dalam sistem, maka secara tidak langsung akan terjadi proses deradikalisasi.
“Kelompok-kelompok itu menjadi masalah karena saat ini masih berada di luar sistem,” ujarnya.
Terkait dengan isu masuknya ideologi Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), Hasib mengatakan informasi mengenai ideologi tersebut harus disampaikan secara proporsional.
“Jangan membayangkan ISIS itu besar. Sebenarnya tidak juga. Kalau harus diwaspadai, memang benar,” katanya.
Menurut Hasib, ideologi ISIS memang menjadi daya tarik bagi kelompok-kelompok jihadis karena menawarkan ideologi yang progresif. Di saat kelompok-kelompok seperti Al Qaeda menyatakan perjuangannya sedang menuju negara Islam, ISIS sudah menyatakan memiliki negara Islam.
“Apa yang ditawarkan ISIS sangat menarik. Sangat ‘marketable’. Namun, tidak serta merta bisa diterima di Indonesia karena kelompok-kelompok jihadis di sini sudah punya mahzab sendiri,” pungkasnya
ISIS Lebih Berbahaya
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan organisasi ISIS lebih berbahaya dari kelompok radikal di Tanah Air.
“Lebih berbahaya dari kelompok radikal. Kalau kelompok lain menjadikan Amerika sebagai musuh, namun ISIS menjadikan umat Islam sebagai musuh,” ujar Din di Jakarta, Rabu (13/8) kemarin.
Dia mengatakan ISIS dapat menggoyahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Eksistensi bangsa yang merupakan hasil perjuangan umat Islam dapat terancam,” jelas dia. ISIS menjadi sangat berbahaya karena sarat dengan kekerasan, perusakan, demonstrasi, maupun penggunaan senjata.
“Saya mengamati pelakunya adalah kelompok lama. Jadi ini sama saja dengan barang lama kelompok baru,” cetus dia.
Pemerintah, sambung dia, harus berperan aktif dalam melakukan antisipasi terhadap gerakan tersebut.
“Kita tidak punya data. Ada sebagian yang mengatakan kalau mereka adalah alumni Afganistan pada 1979, yang dilatih CIA untuk melawan Uni Soviet. Tapi sekali lagi, kita tidak punya data siapa saja yang terindikasi,” terang dia.  [ant.ira]

Rate this article!
Tags: