Sering Kehilangan Momen Jadi Bangsa Maju

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) di STIKES Muhammadiyah Lamongan. [suprayitno/bhirawa]

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) di STIKES Muhammadiyah Lamongan. [suprayitno/bhirawa]

Lamongan, Bhirawa
Indonesia, sering kehilangan momentum untuk bisa menjadi bangsa yang maju. Itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat kemarin menghadiri Pengambilan Sumpah Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Lamongan. Sehingga meski Indonesia sudah lebih dulu merdeka dari beberapa Negara tetangga, dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, sampai saat ini masih tercecer.
Dia kemudian menunjukkan perbandingan pendapatan perkapita Indonesia yang saat ini US$ 4.700 pertahun, dengan Thailand yang sudah mencapai US$ 10.800 perkapita/pertahun. Kemudian Malaysia saat ini pendapatan perkapitanya US$ 13 ribu pertahun dan Singapura US$ 51 ribu pertahun.
Menurut dia, momentum yang hilang itu terjadi karena tiga hal. Pertama, karena sering gamang sebagai bangsa dalam menentukan posisi ketika berhadapan dengan orang asing. Karena secara kultural, lanjut dia, bangsa ini cenderung look up, menengadah ketika berhadapan dengan bangsa asing dan bangsa asing cenderung look down, merendahkan ketika berhadapan dengan bangsa Indoensia. “Ini karena kita terlalu lama dijajah. Bahkan ada yang berseloroh ini karena kita salah memilih penjajah, ” ujarnya.
Kedua, sambungnya, karena dia menganggap pemerintah sering mengambil policy¸ kebijakan salah yang bersifat strategis. Dia kemudian mencontohkan pembubaran IPTN. “Seorang menteri pemerintahan Pak SBY, dua tiga tahun lalu terkagum-kagum dengan kecanggihan pesawat militer yang ditumpanginya ketika melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Setelah diberi penjelasan, pesawat produksi Boeing itu ternyata lisensi awalnya adalah berasal dari CN 235,” katanya menjelaskan.
Terakhir, masih menurut Haedar Nashir penyebab bangsa ini tidak kunjung maju adalah karena terlalu kedepankan emosi dan rasionalitas kurang berkembang. “Islam pernah mencapai kejayaan selama enam abad karena saat itu Iptek maju dan di saat yang sama akhlaqnya mulia, ” kata dia. “Tinggal pilih, kita mau terus tertinggal atau menjadi (bangsa) maju, ” pesannya kepada 325 wisudawan Stikes Muhammadiayah Lamongan.
Prosesi wisuda itu dihadiri Pimpinan Wilayah Muhamamdiyah Jawa Timur Thohir Luth dan Pj Bupati Lamongan Wahid Wahyudi. Sementara Wahid Wahyudi menyebukan, selain akan mengaktifkan rute kereta api Babat-Jombang, juga akan mengaktifkan jalur Babat-Tuban. Karena Lamongan bakal menjadi daerah megapolitan.
Itu karena kawasan sekitar Surabaya, lanjut dia, yakni Sidoarjo dan Gresik sudah over quota untuk pengembangan industri. Sementara di sisi lain, Lamongan memiliki banyak lahan kosong berkapur yang tidak cocok untuk pertanian, sehingga sangat memungkinkan untuk didirikan industri.
Selain itu, dengan mengaktifkan jalur Babat-Jombang, kawasan industri seluas 1.000 hekatr di Jombang akan semakin berkembang. Karena jalur tersebut juga akan digunakan sebagai kereta barang. Dan jalan raya akan terhidar dari kerusakan akibat dilalui kendaraan berat. [yit]]

Tags: