Industri 4.0, Masyarakat Sadar Produk Handmade

Pembimbing Workshop Enamel Pin, Rafif Hartanto (Elabore) Yogyakarta saat memberikan arahan pelatihan Enamel Pin kelada peserta.

Surabaya, Bhirawa
Salah satu yang menjadi tren dalam industi kreatif selain perfilaman adalah bidang handmade (buatan tangan) yaitu Enamel Pin. Diungkapkan perwakilan Elabore Rafif Hartanto jika saat ini perkembangan enamel pin sudah berkembang lebih pesat dari sebelumnya. Bahkan masyarakat Indonesia sendiri, saat ini lebih sadar akan produk buatan tangan atau handmade.
“Perkembangan Enamel Pin lebih pesat ya. Industri kreatif di Indonesia saat ini lebih sadar handmade,” ungkap seniman asal Yogjakarta ini.
Enamel Pin sendiri, lanjut dia, ada dua teknik pembuatan, yang pertama bisa dilakukan dengan proses cat sablon pada besi kuningan terlebih dahulu. Yang nantinya bisa di cutting (tahap pemotongan) baik menggunakan laser maupun cutting manual. Sedangkan teknik kedua, jelasnya, bisa juga menggunakan kuas. Bagian yang terkenai kuas nantinya akan timbul sehingga kuningan akan terkikis.
“Nah, yang kuningan yang ke kikis ini baru bisa kita bentuk sesuai dengan yang kita inginkan” sahutnya. Selain itu, lanjut dia, ada dua proses yang bisa digunakan dalam pembuatan Enamel Pin, yaitu dengan menggunakan mesin (Seinzi) dan buatan tangan (handmade).
Diakuinya, meskipun proses pembuatan Enamel Pin lebih sulit dibanding proses Seinzi, namun proses ini banyak yang diminati.
“Kalau handmade kan benar-benar dari ketekunan personalnya, jadi kepuasan itu akan terlihat saat hasil dari prosesnya,” papar pembimbing workshop Enamel pin pada Bharatika Creative Desain Festival 2018, pada bhirawa beberapa waktu yang lalu.
Yang membedakan Enamel Pin dengan Pin lainnya adalah dari teknik pemotongannya yang lebih contur. “Bentuknya sendiri, bisa cetak bulat atau sesuai dengan keinginan kita” lanjutnya. Diakui Rafif, jika kebanyakan hasil dari Enamel Pin banyak digunakan sebagai fashion dan souvenir.
Terkait cara pembuatannya sendiri Rafif menjelaskan bahwa pembuatan Enamel Pin yang dibutuhkan pertama kali adalah plat kuningan yang dipotong persegi untuk kemudian disablon. Setelah disablon di cutting, contur luarnya. Kemudian akan ada proses etching (proses penentuan bagus tidaknya bentuk enamel pin). Tahap terakhir adalah finishing menggunakan brasho (untuk mengkilatkan plat), pengecetan dan terakhir pin akan melewati tahap oven.
Sementara itu, salah satu peserta yang mengikuti workhsop Enamel Pin, Mutiara Indah Puspitasari mengungkapkan ketertarikannya pada pembuatan Enamel Pin dari hasil karya nya sendiri. Ia menilai, bahwa kesempatan workshop Enamel Pin ini, jarang ada di Indonesia dan bernggapan jika Surabaya merupakan kota pertama yang menyelenggarakan pelatihan Enamel Pin.
Mahasiswa Universitas Brawijaya ini juga menuturkan jika kedatangannya dari kota Malang ke Surabaya untuk mengikuti pelatihan Enamel Pin tidaklah sia-sia. Ia mengakui, dari hasil karya Enamel Pin yang dibuatnya, salah satu tahap yang menurutnya sulit adalah bagian pengecatan.
“Bikin ini ternyata enggak susah, tapi paling susah pengerjaan tahap cat,” tutur dia. Ia menilai bahwa pembuatan Enamel Pin tidak sesulit apa yang ada dibenaknya selama ini. Hanya saja, di akuinya bahan dalam pembuatannya yang sulit didapatkan. Karena Ia sendiri masih belum mengetahui pangsa pasar penjualan bahan Enamel Pin.

Berikan Ruang bagi Pegiat Industri Kreatif
Industry 4.0 membuka kesempatan lebar bagi pelaku di bidang industry kreatif. Salah satunya adalah bidang handmade enamel pin. Akhir-akhir ini enamel pin banyak di gandrungi oleh generasi mileneal. Hal itulah yang coba ditangkap oleh Bharatika Creative Desaign Festival 2018 Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya. Diungkapkan ketua pelaksana Margareth Thresea Wijaya jika tahun pihaknya menyelenggarakan workshop enamel pin untuk pertama kalinya di Surabaya. Ia menjelaskan bahwa saat ini enamel pin menjadi tren dalam industry creatif, yang sayangnya, belum ada kegiatan serupa seperti workshop untuk enamel pin.
“Kita bisa llihat enamel pin ini jadi tren industry creative dan belum ada workshop untuk enamel pin itu sendiri. Padahal ini oekuang yang menjanjikan” Ungkapnya.
Diakui Margaretha sapaan akrabnya, bahwa workshop enamel pin merupakan workshop yang pertama di gelar di Surabaya, bahkan Jawa Timur. Margareth memaparkan, jika pembuatan enamel pin dengan media besi kuningan juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk nostalgia.
“Pembuatan enamel pin dengan besi kuningan ini kan seperti kita kembali oada jaman dulu” tuturnya.
Selain itu, lanjut dia, kelebihan enamel pin sendiri adalah desain nya bisa berupa custom (atau permintaan) maupun mendesain sendiri.
Selain diadakan workshop Enamel Pin, pihaknya juga menambahkan bahwa ada kegiatan pameran yang terdiri dari fotografi, Packaging Desain, inovation desain callenge dan beberapa kategori lainnya, yang juga diikuti lima mahasiswa asing. Diantaranya dari Italia, Singapura, Taiwan,Australia, Malaysia dan CChina
“Pesertanya juga ada dari mahasiswa Taiwan, Singapura, Australia, Italia, Malaysia dan China” jelasnya.
Pameran sendiri, imbuhnya, merupakan campuran dari hasil karya finalis lomba terbaik yang sebelumhya di gelar, submisi pameran dari seluruh Indonesia, dan pameran dari hasil prestasi mahasiswa dari fakultas Seni dan Desain. Selain itu, Bharatika Festival juga menggelar kegiatan kreatif market yang diikuti oleh pegiat industry kreatif. [ina]

Tags: