Industri Kayu Lumajang Jelajahi Tiga Benua

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Lumajang, Bhirawa
Produksi industri perkayuan di Lumajang, 80 persennya untuk kebutuhan ekspor ke berbagai Negara di Benua Asia, Australia dan Amerika.  “Produk industri kayu Lumajang diantaranya telah diekspor ke Negara China, Korea, Australia hingga ke Amerika Serikat,’’kata Ir Imam Surjadi Kepala Dishut. Jumlah ekspor ini setiap tahunnya terus meningkat, menyesuaikan permintaan.
Lebih   lanjut  Imam Suryadi menjelaskan industri perkayuan di Kabupaten Lumajang merupakan sektor yang dinilai mampu bersaing dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN).” Kaitannya dengan MEA, industri perkayuan tidak terpengaruh bahkan untuk industri sekundernya terus berkembang dan menggeliat,” paparnya.
Apalagi Dishut Kabupaten Lumajang mendukung pertumbuhan industri sekunder perkayuan ini sepenuhnya. Industri sekunder ini, diantaranya yang memproduksi barecore atau lapisan plywood dan blackboard yang merupakan industri ikutan dari papan partikel.
Imam mengungkapkan bahan dasar industri plywood yang merupakan industri sekunder itu banyak tumbuh berkembang di Kabupaten Lumajang. Mereka banyak menyuplai bahan baku untuk industri plywood besar dimana di Lumajang sudah beroperasional sekitar 10 perusahaan. ‘’Industri ini, membutuhkan bahan baku yang tidak sedikit pertahunnya,’’tambahnya.
Sesuai data yang ada, seluruh industri perkayuan di Kabupaten Lumajang membutuhkan bahan baku mencapai 1 juta meter kubik pertahunnya untuk proses produksinya.  Dari bahan baku 1 juta meter kubik itu, 500 ribu meter kubik bahan baku kayu diantaranya diolah dalam hingga bentuk setengah jadi dan dikirim untuk memasok industri kayu sampai ke Jawa Tengah. ‘’Hal ini dilakukan, karena tidak tertampung di industri lokal,” terangnya.
Kebutuhan bahan baku kayunya,  menurut Imam kebanyakan didominasi jenis Albasia atau Sengon. Meski, ada jenis lain yang juga diproduksi. Yakni, kayu karet yang dibeli dari hasil kerjasama antara perusahaan dengan PTPN. ‘’Dari keseluruhan kebutuhan bahan baku 1 juta meter kubik itu, ketersediaan kayu yang dihasilkan petani di Kabupaten Lumajang tidak mencukupi sepenuhnya,’’tandasnya.
Petani yang membudidayakan kayu, terutama jenis albasia atau sengon di Kabupaten Lumajang hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku 750 ribu meter kubik saja. ‘’ Sedangkan 250 ribu meter kubik sisanya didatangkan perusahaan kayu dari luar daerah,” ungkap dia.
Karena kebutuhan bahan baku kayu unduk industri yang sangat besar di tingkatan lokal inilah, Dishut Kabupaten Lumajang membuat kebijakan untuk menangguhkan pengiriman kayu gelondongan untuk industri ke luar daerah.  “Khusus untuk yang berbahan baku kayu glondong sementara kita tangguhkan dulu,’’imbuhnya.
Karena kebutuhan kayu sangat besar, mencapai 1 juta meter kubik pertahunnya. ‘’Khawatir  kalau nanti diberi keleluasaan mengirim ke luar daerah, akan mengakibatkan industri kayu lokal, terutama yang kecil-kecil mati,’’tandasnya. [yat]

Tags: