Inflasi di Jatim Terbantu Deflasi dari Kelompok Bahan Makanan

Foto Ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Pada September 2018 Jawa Timur mengalami deflasi 0,01 persen. Tiga kota mengalami inflasi dan lima kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Kediri yang mencapai 0,20 persen sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi yaitu sebesar 0,49 persen.
Dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami infasi, dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 1,02 persen, sedangkan kelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah kelompok kelompok Bahan Makanan sebesar 0,87 persen. “Inflasi Jawa Timur masih terbantu adanya deflasi dari kelompok bahan makanan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono, Selasa (2/10) kemarin.
Ia memaparkan, berdasarkan pengamatan terhadap sepuluh komoditas yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di masing-masing kota IHK di Jawa Timur, maka bisa dilihat antara lain, seperti komoditas jeruk merupakan komoditas yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di hampir semua kota IHK di Jawa Timur kecuali di Jember.
Selanjutnya, komoditas biaya akademi/perguruan tinggi menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di hampir semua kota IHK di Jawa Timur kecuali di Sumenep, Malang, dan Probolinggo. Kemudian, komoditas kentang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di hampir semua kota IHK di Jawa Timur kecuali di Jember, Kediri, dan Malang. [rac]

Tags: