Inflasi di Jember Masih Dipicu Gula

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jember, Bhirawa
Harga gula pasir yang relatif tinggi masih menjadi pemicu angka inflasi bulan Juni 2016 di Kabupaten Jember, Jatim sebesar 0,28 persen. Hal itu ditunjukkan oleh kenaikan indek harga konsumen (IHK) dari bulan Mei sebesar 120,61 persen menjadi 120,95 persen pada Juni 2016.
“Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di daerah kita di antaranya daging ayam ras, gula pasir, beras, wortel, dan daging ayam kampung,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember Indria Purwaningsih di Jember, Minggu (10/7).
Dari tujuh kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran mengalami inflasi yakni bahan makanan sebesar 0,76 persen; diikuti makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,65 persen; sandang sebesar 0,37 persen; dan transport, komunikasi, serta jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kesehatan sebesar 0,50 persen; diikuti pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,20 persen; serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,07 persen.
“Harga gula pasir masih cenderung tinggi, meskipun pemerintah sudah melakukan operasi pasar dan pasar murah untuk menekan harga gula di pasaran, sehingga komoditas tersebut memicu angka inflasi di beberapa daerah, termasuk Jember,” tuturnya.
Untuk itu, lanjut dia, pemerintah bersama tim pengendali inflasi daerah harus melakukan berbagai langkah untuk menjaga stabilitas harga sejumlah komoditas yang memengaruhi laju inflasi di Jember.
“Dengan harga gula yang masih tinggi, sepertinya upaya pemerintah yang melakukan operasi pasar khusus gula masih belum berdampak signifikan menekan harga gula di pasaran, sehingga ke depan pemerintah harus melakukan antisipasi,” katanya.
Dari delapan kota IHK di Jatim, semua kabupaten/kota mengalami inflasi dengan angka inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,73 persen; diikuti Kota Surabaya sebesar 0,69 persen; Kabupaten Sumenep sebesar 0,65 persen; Kota Malang sebesar 0,63 persen; Kota Probolinggo sebesar 0,35 persen; Kabupaten Jember sebesar 0,28 persen; Kota Madiun sebesar 0,27 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Kediri sebesar 0,06 persen.
“Inflasi Jember masih lebih rendah dibandingkan inflasi Jatim sebesar 0,60 persen dan inflasi nasional sebesar 0,66 persen,” ujarnya.
Sepanjang tahun 2006-2016 di Jember, pada bulan Juni terjadi sepuluh kali inflasi dan satu kali deflasi. Tahun 2008 merupakan inflasi tertinggi sebesar 3,46 persen dan inflasi terendah pada tahun 2006 sebesar 0,07 persen, sedangkan deflasi hanya terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,07 persen. [efi,ant]

Rate this article!
Tags: