Inflasi di Jember Terendah di Jatim

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Jember, Bhirawa
Inflasi di Kabupaten Jember pada bulan Desember 2015 sebesar 0,39 persen merupakan inflasi terendah se-Jatim dan lebih rendah dari inflasi Jatim sebesar 0,85 persen, serta inflasi nasional sebesar 0,96 persen. Sedangkan di Sumenep inflasi mencapai 0,77 persen.
“Rendahnya inflasi di Jember merupakan bukti bahwa seluruh pihak mampu mengendalikan angka inflasi,” kata anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Gde Agus Wijaya, dalam rapat TPID yang digelar di Kantor Bank Indonesia Jember, Kamis.
Kelompok inflasi inti juga tercatat memberikan andil sebesar 0,08 persen karena kenaikan harga sebesar 0,14 persen pada kelompok tersebut, yakni inflasi didorong oleh kenaikan tarif angkutan antarkota, bahan pelumas, ikan asin dan beberapa komoditas lainnya.
Kemudian kelompok inflasi komponen bergejolak (Volatile Food) memberikan andil inflasi sebesar 0,20 persen terhadap inflasi Kabupaten Jember dengan inflasi utama didorong oleh kenaikan harga yang terjadi pada komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, kacang panjang, tomat sayur, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih.
Sedangkan kelompok komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 0,55 persen atau menyumbang inflasi sebesar 0,11 persen.
Hal itu disebabkan oleh kenaikan harga pada rokok kretek, rokok kretek filter dan tarif kereta, sementara itu komoditas bensin mengalami koreksi harga, namun belum mampu menahan inflasi yang disebabkan oleh komoditas rokok.
“Beberapa komoditas yang memiliki andil cukup besar dalam inflasi di Jember yakni bawang merah, kayu balokan, daging ayam ras, telur ayam ras, angkutan antarkota, dan rokok filter,” paparnya.
Sedangkan  Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep, Suparno mengatakan, terjadinya inflasi yang relatif tinggi di bulan Desember 2015 itu diprediksi disebabkan oleh perayaan Natal dan pergantian tahun baru 2016 serta perayaan maulid Nabi Muhammad SAW.
“Pada bulan Desember Sumenep mengalami inflasi relatif tinggi, kemungkinan pengaruh dari perayaan natal, pergantian tahun dan Maulid Nabi,” kata Suparno, dikantornya.
Menurut  Suparno, dari tujuh kelompok pengeluaran, empat kelompok mengalami inflasi, tiga kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,90 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,24 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi antara lain, kelompok sandang sebbesar 0,33 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,15 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen,” terangnya. [efi,ant]

Rate this article!
Tags: