Inflasi Naik 0,28 Persen, Jawa Timur Mulai Ada Pergerakan Ekonomi

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan

Pemprov Jatim, Bhirawa
Inflasi di Jawa Timur mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen yaitu dari 104,09 pada bulan Mei 2020 menjadi 104,38 pada bulan Juni 2020. Hal ini menandakan adanya sudah mulai ada pergerakan perekonomian di Jawa Timur sejak adanya pandemik covid-19.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Dadang Hardiwan saat memaparkan rilis tingkat inflasi di Jawa Timur pada bulan Juni 2020, melalui aplikasi online, kemarin,

Pada Juni 2020 dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok memberikan andil/sumbangan inflasi, satu kelompok memberikan andil/sumbangan deflasi, empat kelompok memberikan andil terhadap inflasi/deflasi yang sangat kecil, dan dua kelompok tidak memberikan andil.

Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,05 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,01 persen, kelompok transportasi sebesar 0,24 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,02 persen.

Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu: kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,04 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang memberikan andil terhadap inflasi/deflasi yang sangat kecil yaitu kelompok kesehatan; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, dan kelompok pendidikan.

Dadang juga mengatakan, apabila dilakukan pengamatan terhadap sepuluh komoditas yang menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di masing-masing kota IHK di Jawa Timur, maka dapat digambarkan kalau komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di semua kota IHK di Jawa Timur

“Tidak hanya itu saja, komoditas cumi-cumi menjadi penyumbang utama terjadinya inflasi di Banyuwangi, Sumenep, Probolinggo, dan Surabaya,” ujarnya.

Sedangkan apabila dilakukan pengamatan terhadap sepuluh komoditas yang menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di masing-masing kota IHK Jawa Timur, maka dapat digambarkan komoditas cabai rawit, bawang putih, dan gula pasir menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di semua kota IHK di Jawa Timur.

Selanjutnya, komoditas emas perhiasan menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di hampir seluruh kota di Jawa Timur kecuali di Madiun. Kemudian, komoditas cabai merah menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di hampir seluruh kota di Jawa Timur kecuali di Banyuwangi, Malang, dan Probolinggo

“Komoditas tomat menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di hampir seluruh kota di Jawa Timur kecuali di Kediri, Malang, dan Surabaya,” katanya.

Jika dilihat penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur selama Juni 2020, tampak ada tujuh kota mengalami inflasi dan satu kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Malang yaitu mencapai 0,44 persen

Kemudian diikuti Jember sebesar 0,30 persen, Surabaya sebesar 0,28 persen, Kediri sebesar 0,25 persen, Madiun sebesar 0,20 persen, Probolinggo sebesar 0,15 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,06 persen. Kota yang mengalami deflasi yaitu Sumenep sebesar 0,15 persen. [rac]

Tags: