Inflasi Sebabkan Biaya Masa Pensiun Lebih Tinggi

Surabaya, Bhirawa
Inflasi dan nilai suku bunga yang lebih tinggi, serta depresiasi rupiah yang substansial di kuartal keempat sepertinya telah mempengaruhi estimasi investor Indonesia terhadap kemungkinan pengeluaran masa pensiun yang diperkirakan mencapai 61 persen dari pendapatan.
“Seperti dikemukakan dalam hasil survei terbaru Manulife Investor Sentiment Index, secara substansial angka ini lebih tinggi daripada 50% yang telah dilaporkan pada kuartal ketiga. Walaupun hal ini tampak lebih realistis, investor masih salah dalam memperhitungkan situasi,” ungkap Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia- Nur Hasan Kurniawan,  di Surabaya, Rabu (12/2).
Nur Hasan menambahkan, pada kenyataannya, mereka mungkin memiliki pengeluaran lebih besar lagi mengingat kenaikan biaya-biaya yang sangat cepat. Misalnya biaya perawatan kesehatan, karena di Indonesia, biaya perawatan kesehatan per kapita meningkat tiga kali antara tahun 2004 sampai 2011 saja.
“Yang kami lihat adalah pendekatan yang semakin bijak terhadap masa pensiun di Indonesia. Jumlahnya masih sedikit, karena masih banyak orang yang belum merencanakannya, dan bahkan mereka yang telah memiliki rencana pensiun masih menyepelekan kebutuhan masa depan mereka,” jelasnya.
Selain itu para investor memiliki pandangan yang lebih realistis mengenai perlunya bekerja selama masa pensiun. Bahkan sekitar 75% investor Indonesia saat ini lebih berpikiran untuk terus bekerja dan angka ini merupakan yang tertinggi di Asia (angka rata-rata adalah 54%) dan naik dari 68% pada kuartal ketiga.
“Mereka mengantisipasi untuk terus bekerja selama tujuh tahun lagi, sehingga mereka baru akan berhenti bekerja pada usia rata-rata 68 tahun – sesuatu yang dipandang secara optimis oleh mereka,”katanya.
Bahkan sebagian besar memandang bekerja setelah pensiun sebagai cara yang baik untuk tidak menyusahkan anggota keluarga, menghabiskan waktu, dan akan membantu otak dan tubuh tetap sehat.
“Pernyataan lainnya yang menunjukkan bahwa investor semakin realistis adalah mereka yang berusia di atas 48 tahun, lebih dari 80% diharapkan melewati masa pensiun tanpa dukungan dari anak-anaknya, sebuah angka yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 60%,” pungkasnya. [riq]