Inflasi Surabaya Tertinggi di Jatim

Screenshot 2015-09-01 18.09.33Pemprov Jatim, Bhirawa
Kondisi Inflasi Jatim pada Agustus 2015 sebesar 0,36 persen. Persentase tersebut masih rendah dibandingkan  inflasi nasional sebesar 0,39 persen. Sedangkan inflasi Jatim berdasar Tahun Kalender  2,11 persen dan inflasi Jatim jika dilihat dari Tahun ke Tahun 6,79 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, M Sairi MA mengatakan, biasanya ada tiga tolok ukur yang telah dijadikan patokan pengamat ekonomi yaitu inflasi bulanan, inflasi kalender, dan inflasi tahun ke tahun.
Dijelaskannya dalam inflasi Jatim, inflasi Kota Surabaya termasuk tertinggi sebesar 0,48 persen, sedangkan inflasi terendah di  Sumenep, Kediri, dan Probolinggo sebesar 0,02 persen. “Inflasi Surabaya tinggi menandakan beban perekonomian masyarakat di Surabaya lebih berat dibandingkan Kab/kota lainnya. Dengan inflasi Surabaya ini maka rata-rata uang dipegang telah berkurang 0,48 persen,” katanya, ketika menyampaikan rilis, Selasa (2/9).
Inflasi bulan Agustus 2015 dipicu oleh beberapa komoditi, antara lain beras, telur ayam ras, biaya Sekolah Dasar, cabai rawit, daging ayam ras, biaya Sekolah Menengah Pertama, soto, biaya Sekolah Menengah Atas, nasi dengan lauk, dan sate.
Ditambahkannya, harga beras kembali mengalami kenaikan karena prediksi musim kemarau yang berkepanjangan membuat para petani tidak banyak menjual hasil panen dan menyimpan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Kenaikan harga pakan ternak mengakibatkan kenaikan harga komoditi telur dan daging ayam ras. Komoditi cabai rawit mengalami kenaikan harga akibat berkurangnya pasokan di pasaran karena panen yang kurang berhasil dan tingginya permintaan karena musim hajatan. Kenaikan harga bahan makanan memicu kenaikan harga komoditi makanan jadi, antara lain nasi dengan lauk dan sate.
Sedangkan Tahun ajaran baru pada bulan Juli-Agustus 2015 menyebabkan kenaikan biaya pendidikan, mulai tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Kenaikan biaya Sekolah Dasar menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen, biaya Sekolah Menengah Pertama dan biaya Sekolah Menengah Atas masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen. “Namun, sebenarnya kemampuan kendalikan harga secara rata-rata di Jatim lebih bagus dibandingkan tingkat nasional,” kata Sairi.
Dikatakan pula, saat ini Jatim juga masih belum terpengaruh dengan adanya gonjang-ganjing melemahnya rupiah meningkatnya dollar dan perekonomian dunia yang melambat. “Inflasi masih berpengaruh secara tradisional, misalkan disebabkan lebaran yang akhirnya membentuk inflasi pada bahan makanan, begitupula pada bulan tersebut juga pendaftaran pendidikan,” paparnya. [rac]

Rate this article!
Tags: