Ingatkan Generasi Muda Tidak Lupa Sejarah

Letkol inf Drs Didi Suryadi, MAP

Letkol inf Drs Didi Suryadi, MAP
Jika mendengar kata “bela negara” maka seringkali yang terlintas adalah tentang latihan ala perang militer. Nyatanya, di dalam bela negara tidak ada kata perang, mulai dari pengertian, maksud dan tujuannya. Bangsa Indonesia, khususnya generasi muda harus bisa memahami bela negara untuk pertahanan negara. Pertahanan negara ialah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan ganguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sama sekali tidak ada kata perang.
Demikian disampaikan Pabandya Bakti TNI Staf Teritorial Daerah Militer (Sterdam) V/Brawijaya, Letkol inf Drs. Didi Suryadi, MAP saat ditemui Bhirawa disela-sela Jambore Nasional Bela Negara Jumat (21/6) kemarin.
Didi menegaskan, ancaman ke depan semakin kompleks dan multidimensional. Baik dari ancaman militer maupun non militer.
Menurutnya ancaman non militer sangat sulit diprediksi dan diidentifikasi, lebih berbahaya daripada ancaman militer, maka tidak bisa diselesaikan dengan alutsista yang dimiliki TNI secanggih apapun sehingga harus dibangun strategi ketahanan negara yang kuat.
“Kalau ancaman militer mudah diidentifikasi, karena suatu negara apabila akan melakukan perang harus ada pernyataan perang, jika tidak ingin terjadi perang maka melalui jalur diplomasi. Akan tetapi ancaman non militer tidak ada pernyataan perang, masuk rumah tanpa permisi dan setiap hari di kantong kita, contohnya handphone,” kata Didi.
Didi menekankan bahwa generasi muda harus segera ditanamkan lima nilai Bela Negara yakni, cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.
“Jadi apa yang harus dibela untuk negara yaitu, kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa,” imbuhnya.
Didi juga menceritakan bangsa Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang begitu kuat, seperti Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 yang begitu hebat, kekuasaannya membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan dan Sulawesi.
Kerajaan kuno terbesar di Jawa, Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 memiliki kekuasaan hampir wilayah Asia Tenggara. Namun sayangnya kehebatan dan kekuasaan terbesar itu akhirnya runtuh.
Runtuhnya kerajaan tersebut bukan invasi dari kerajaan lain melainkan pertikaian di dalam tubuh kerajaan yang berkepanjangan dan sumber konflik di masa itu merebutkan harta, tahta dan wanita.
Sementara itu untuk kejayaan negara lain, Didi menceritakan kehebatan Uni Soviet yang dulu berkuasa dan ditakuti di dunia namun kenyataannya Uni Soviet saat ini sudah ‘almarhum’ dan pecah. Kehancuran Uni Soviet bukan diserang oleh Amerika namun konflik dari dalam yang berkepanjangan.
“Nah Indonesia mungkin tidak hancur terpecah belah seperti Uni Soviet? Mungkin. Karena saat ini Garuda Pancasila sedang terbaring lemah. Oleh karena itu bangsa Indonesia perlu diselamatkan salah satunya melalui bela negara,” tutup Didi. [why]

Tags: