Ingatkan Publik Jaga Keseimbangan Visual

Pengunjung-saat-menikmati-pameran-lukisan-bertajuk-‘Balance-in-Perfect-Soul’-di-Galeri-Seni-House-of-Sampoerna-Kamis-94.-[Gegeh-Bagus/bhirawa]

Pengunjung-saat-menikmati-pameran-lukisan-bertajuk-‘Balance-in-Perfect-Soul’-di-Galeri-Seni-House-of-Sampoerna-Kamis-94.-[Gegeh-Bagus/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia merupakan faktor penting dalam kehidupan masyarakat. Sebab, filosofi keseimbangan melekat pada dunia industrialisasi, memicu krisis ekologi sehingga terjadi banjir, perubahan iklim, dan bencana alam akibat terganggunya keseimbangan tersebut.
Atas hal tersebut, seniman-seniman dari Pulau Dewata Bali dan Yogyakarta memerkan karya lukisannya di Galeri Seni House of Sampoerna (Hos), Kamis (9/4). Dari total 21 lukisan, semua menterjemahkan keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia dalam goresan kanvasnya.
Manager komunitas Jago Tarung Yogyakarta, Dedi Yuniarto mengatakan, keprihatinan serta ajakan untuk kembali hidup seimbang dan berdampingan dituangkan oleh para seniman komunitas Jago Tarung melalui karya lukisan.
” Tema tentang keseimbangan itu kan luas sekali, bisa ditarik dari segala penjuru. Kami ingin mengingatkan kepada publik untuk menjaga lingkungan sekitar, karena sesuatu yang negatif hadir pasti tidak ada keseimbangan,” ujar Dedi kepada Bhirawa yang juga penanggung jawab pameran lukisan bertajuk Balance : in Perfect Soul.
Menurut Dedi, dirinya terinspirasi dari kutipan Plato, ‘ seseorang dapat dikatan sempurna bilamana akhlak dan potensinya sudah seimbang’ serta berbekal pemahaman tentang filsafat Timur. hal ini yang disebut, sebagai empat tradisi besar yakni Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme. Kemudian selanjutnya, tambah Dedi, terwujud ke dalam gagasan Yin-Yang, Tai-Chi, Zen dan sebagainya.
” Hal ini yang mendorong kami mengajak enam seniman kontemporer asal Yogyakarta dan Bali menuangkan ide tersebut ke dalam 21 karya lukis dengan beragam genre,” jelas Dedi.
Dedi mencontohkan salah satu karya lukis milik Vincensius Dedy Reru yang berjudul ‘Greetings from Bali’ berupa visual yang terkesan menempelkan. ” Menempelkan atau menabrakkan object merupakan penggambaran bahwa dalam hidup kita harus dapat menerima segala hal baik maupun buruk,” ulasnya.
Lain halnya karya Ida Bagus Putu Purwa, menurut Dedi, karya bertema ‘Looking for Balance’ dengan goresan ekspresif dibalut kesederhanaan warna hitam putih mengekspresikan perasaan atau kegalauan seorang seniman.
” Ketika bergelut dengan acara-acara Adat sebagai konsekuensi sebagai individu yang lahir di tengah-tengah keluarga Brahmana,” tambahnya.
Penggambaran keseimbangan dalam bentuk karya imajinatif dihasilkan oleh keempat seniman lainnya yakni I Made ‘Romi’ Sukadana (Bali), Dedy Sufriadi (Yogyakarta), I Wayan Paramartha (Bali), dan Ngurah Paramartha (Bali).
Pameran yang digelar sampai 3 Mei mendatang, Dedi berharap dapat melatih apresiasi seni masyarakat luas. Menurutnya, apresiasi seni merupakan bidang ilmu humaniora yang sangat penting dalam mendidik aktualisasi diri serta tata pergaulan manusia.
” Kami berharap mematik kesadaran terhadap masyarakat, supaya lebih sensitive terhadap diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita,” harap Dedi yang juga pendiri Komunitas Jago Tarung Yogyakarta ini. (geh)

Tags: