Ingin Menang Pilkada 2020 di Surabaya, Bangun Konten Bukan Kaleng-kaleng

CEO Ipol Indonesia, Petrus Hariyanto memamaprkan hasil rilisnya 19 Pilkada se-Jatim berbasis Teknologi Politik (Teknopol) dan Big Data di Hotel kawasan Jalan Panglima Sudirman Surabaya, Kamis (14/11/2019).

Surabaya, Bhirawa
Kontestasi Pilkada serentak tahun 2020 di Jawa Timur mulai menggeliat. Ada 19 Kabupaten/Kota yang bakal menggelar pemilihan Bupati/Wali Kota beserta wakilnya. Termasuk di Kota Surabaya, bakal calon Wali Kota (Bacawali) sudah mulai bermunculan.
Hingga kemarin, 13 Bacawali Kota Pahlawan sudah menebar pesona untuk merebut kursi Wali Kota pengganti Tri Rismaharini. Baik di media massa maupun sosial media (sosmed).
Ipol Indonesia pun telah mengeluarkan rilisnya 19 Pilkada se-Jatim berbasis Teknologi Politik (Teknopol) dan Big Data. Ipol memaparkan lima metode, yang disebut Mix Method untuk mengukur pemenangan pilkada berbasis Big Data, Teknologi Politik, dan pemanfaatan aplikasi.
CEO Ipol Indonesia, Petrus Hariyanto mengatakan bahwa pihaknya telah merampungkan hasil 19 Pilkada di Jatim berdasarkan Big Data sesuai perkembangan tren siapa calon potensial unggul untuk saat ini.
“Jadi kalau diresponden sudah menyatakan masuk ke kelurahan semuanya menjadi unggul si calon ditambah hasil monitoring menyatakan unggul, di isu media massa dan sosmed juga unggul, maka kita sebut potensial indikatif seseorang akan menang di Pilkada,” katanya saat ditemui di Surabaya, Kamis (14/11) kemarin.
Menurut Petrus, para calon yang ingin memenangkan Pilkada harus mengikuti perkembangan zaman yakni di era 4.0 ini. Bagi calon yang belum muncul pun satu-satunya cara instan adalah melakukan pergerakan yang sama antara isu yang dibuat di media dan memunculkan konten berkualitas.
“Satu cara instan, Karena era 4.0 yang perlu dilakukan adalah bagaimana melakukan pergerakan yang sama. Isu dibuat di media dan konten dibikin berkualitas tidak kaleng-kaleng kemudian diviralkan dengan tim cyber yang handal,” paparnya.
Petrus membeberkan, pihaknya akan melakukan update setiap dua minggu sekali lantaran butuh data besar. “Kami update 2 minggu sekali, kanapa, karena memang butuh data besar. Random walk ini dalam satu kabupaten membutuhkan data 50-100 ribu responden,” jelasnya.
Hasil prediksi, lanjut Petrus mendekati kebenaran karena Ipol memiliki cara pengolahan data dan analisa berlapis. Sehingga, antara satu elemen dengan elemen yang lain dapat saling diakurasikan.
“Keakurasian data IPOL karena tidak hanya menilai dari hasil survei saja, tetapi juga data yang sifatnya real-time atau terbaru. Survei lebih bersifat lapangan dan datanya perlu waktu lama untuk didapatkan,” imbuhnya.
Sehingga, kata dia, Ipol mengombinasikan dengan Big Data yang bisa didapatkan secara cepat dan terus update, karena bersumber dari media online dan media sosial.
Big Data dalam Pilkada, terlebih menjelang rekom partai, berguna untuk membaca ‘cuaca’ politik baik secara mikro maupun makro. “Mikro dalam hal ini bagi para kandidat, sedangkan makro lebih pada dinamika partai dan lawan politik,” tambah Petrus.
Ipol juga telah mengantongi daftar nama yang berpotensi menjadi kandidat terkuat di Jawa Timur, termasuk di Surabaya lantaran paling banyak dipemberitaan.
Hal ini, kata Petrus, tidak terlepas dari sosok Tri Rismaharini, sehingga mempengaruhi perhatian publik atas siapa kandidat yang layak menggantikan Risma. “Selain itu, isu yang berkembang dipengaruhi oleh munculnya sejumlah nama tokoh nasional yang dikabarkan akan maju sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya,” katanya.
Kandidat yang digadang sebagai calon potensial dalam Pilkada Surabaya, di antaranya Whisnu Sakti Buana (Wakil Walikota Surabaya), KH. Zahrul Azhar (Sekjen Jaringan Kiai Santri Nasional), Ery Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya), Wahyuddin Husein (Tokoh Nahdatul Ulama dan Ketua DPC PKB Surabaya), Ngatmisih S.H., M.Hum. (Mantan Kepala BPN Bangkalan), Dhimas Anugrah (Politisi Muda PSI), Armudji (Anggota DPRD Jatim) dan Lia Istifhama (kader PPP dan keponakan dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa).
“Berdasarkan analisa rekam jejak dari masing-masing tokoh, terdapat tiga nama yang paling potensial menurut Ipol. Berdasarkan pantauan media, Whisnu Sakti Buana memiliki popularitas tertinggi, dengan jumlah ekspos 43 persen dalam dua bulan terakhir,” jelasnya.
Disusul dengan Eri Cahyadi yang kerap kali diberitakan media massa lantaran memiliki kedekatan dengan Risma. Meski demikian, rekam jejak antara Whisnu Sakti dengan Ery Cahyadi sedikit berbeda, terutama jika dikaitkan dengan Risma.
“Whisnu sempat diterpa rumor tidak harmonis dengna Risma, salah satunya pada tahun 2011 terkait perhitungan nilai sewa reklame. Sedangkan Ery, dicitrakan kerap mendampingi Risma dalam berbagai acara, sehingga berpotensi positif terhadap popularitasnya di kalangan masyarakat,” paparnya lagi.
Khusus untuk Pilkada Surabaya, ada calon alternatif yang ditemukan oleh Tim IPOL di lapangan, yaitu Cak Har. Cak Har, atau Harianto merupakan Ketua Peradi Surabaya. Terkait pencalonan di Partai Nasdem, nama Cak Har masuk ke dalam tiga besar nama yang akan direkomendasikan oleh Partai Nasdem untuk diusung sebagai Bakal Calon Walikota di Pilkada Surabaya. [geh]

Tags: