Inovasi Kepala Sekolah Menjawab Kebutuhan Pembelajaran

Oleh:
Drs Sutrisno, M.Pd
Kepala Sekolah SMA N 1 Wonosari, Klaten

Peran kepala sekolah dalam menentukan prestasi dan kemajuan sekolah, tak dapat disangkal. Hasil penelitian Austin menunjukkan ada perbedaan antara sekolah yang berprestasi tinggi dan yang rendah disebabkan pengaruh kepala sekolahnya (Musbikin I, (2013).
Ditambahkan Heclinger (1981)” I have never seen a good school with a poor principal or a poor school with a good principal. I have seen unsuccessful school turned into successful ones and regrettably, outstanding schools slide rapidly be traced tosthe quality of the principal”. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu berkreasi, berinovasi dan mampu menginspirasi munculnya pikiran-pikiran kritis, kreatif, inovatif, yang mampu menumbuhkembangkan jiwa korsa, ramah sosial, komunikasi, kolaborasi dan sinergisitas segenap warga sekolah, serta memacu terbentuknya Learning Community (LC), dalam satu visi sekolah.

Peran Kepala Sekolah
Menurut Permendiknas No 13 tahun 2007, seorang kepala sekolah, wajib memiliki kompetensi (1) kepribadian (2) manajerial (3) kewirausahaan (4) supervisi dan (5) sosial. Selanjutnya dalam perkembangannya kelima standar kompetensi tersebut dikembangkan menjadi enam aspek kompetensi dalam Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) oleh Ditjen PMPTK (2010), yaitu (1) kepribadian dan social (2) kepemimpinan pembelajaran (3) mengembangkan sekolah (4) manajemen sumber daya (5) kewirausahaan dan (6) supervisi.
Keenam aspek tersebut, dijabarkan menjadi indikator-indikator yang sesuai dengan tugas pokok kepala sekolah dan diketahui masih menjadi objek PKKS hingga tahun 2022. Oleh karena itu, kepala sekolah wajib mempersiapkan berbagai dokumen bukti fisik hasil kinerjanya, sebagai suatu strategi menjawab tantangan, sekaligus meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah.
Kepala sekolah harus mempunyai peran sebagai (1) catalyst, meyakinkan orang lain tentang perlunya perubahan yang lebih baik, (2) solution givers, mengingatkan tujuan akhir dari suatu perubahan, (3) process helpers, membantu kelancaran proses perubahan, dalam menyelesaikan masalah dan membina hubungan baik dan (4) resource linker, penghubung dengan sumber daya yang dibutuhkan (Aedi, 2016).
Inovasi pendidikan model apapun akan sangat efektif bila dimulai dengan strategi implementasi konsep “Dare To Be Different”. Inovasi pendidikan harus jelas sasaran, goal, dan tujuannya. Menurut Kusnandi, (2017 :132), Dare to be different, dapat diartikan berani tampil beda, atau suatu keberanian untuk menjadi luar biasa. Dari kara DARE dapat dibuat sebagai akronim dari: Dream, Attitude, Relationship, dan Excellence.
Bagaimana caranya agar inovasi pendidikan bisa berhasil maka haru digunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1). Dream artinya impian, cita-cita, keinginan, goal, sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi. Ibarat pemain sepak bola akan bersemangat membawa bola ke sasaran / gawang agar tercetak goal kemenangan. (2). Attitude, artinya sikap, yaitu kecenderungan seseorang terhadap suatu persoalan, atau cara pandang seseorang terhadap setiap masalah hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Sikap terbagi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. (3). Relationship, artinya koneksitas, relasi, networking, atau pertemanan. Dengan siapa kita membuat relasi dan kerjasama akan menentukan kesuksesan kita di masa hadapan. (4). Excellence, artinya kesempurnaan, terutama dalam mengejar impian tidak perlu menunggu segala sesuatunya serba lengkap, siap dan sempurna. Yang terpenting luruskan niat, sempurnakan ikhtiar, dan tawakal pada Alloh SWT. (5). Different, artinya berbeda, menerapkan sebuah prinsip jika tidak bisa lebih baik buatlah berbeda sehingga anda akan diperhatikan orang lain.

Peran Kepala Sekolah
Kurikulum Merdeka memiliki 5 prinsip dalam pengimplementasiannya meliputi : kondisi peserta didik, holistik, pembelajaran sepanjang hayat, berkelanjutan dan relevan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah agar bisa menghantarkan sekolahnya sukses mengimplementasikan kurikulum merdeka adalah sebagai berikut:
Pertama, Kondisi peserta didik. Kepala sekolah memastikan sekolah ada untuk siswa dari berbagai macam segi dan pelayanan. Ia membuat sistem yang memastikan sekolah mempunyai data yang kuat mengenai kondisi siswa. Dengan mudah guru mendapatkan data latar belakang siswanya serta informasi lain..
Kedua, Pembelajar sepanjang hayat. Kepala sekolah menjadi contoh bagaimana menjadi seorang pembelajar. Ia menjadi pembicara, penulis dan selalu haus akan pengetahuan baru. Ia senang membentuk guru gurunya untuk mempunyai mental pembelajar yang tidak takut berbuat salah dan mencoba hal baru. Pembelajaran yang berlangsung dipastikan menganut perencanaan secara kolaborasi antar guru.
Ketiga, Holistik. Kepala sekolah memberikan fokus yang sama antara peningkatan kompetensi akademis dan pengembangan karakter. Profil pelajar Pancasila dijadikan acuan. Guru diminta mempelajari dan berbagi dengan sesamanya mengenai aneka metode pembelajaran terkini yang menjadi andalan bagi proses belajar yang berkualitas. Kepala sekolah memimpin tim yang melakukan pemetaan siswa yang masuk kategori ‘gifted and talented’.
Keempat, Relevan. Kepala sekolah memastikan bahwa pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra. Capaian belajar selalu dicek setiap dua tahun sekali dan dilihat hal apa yang bisa diperbaharui sesuai tuntutan zaman.
Kelima, Berkelanjutan. Kepala sekolah memastikan pembelajaran di sekolahnya berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.Ada beberapa keterampilan penting di abad 21 yang menjadi orientasi pembelajaran di Indonesia, yaitu; berpikir kritis, mampu memecahkan masalah tanpa menimbulkan masalah, kreatif, inovatif, berpengetahuan, melek teknologi, serta mampu berinteraksi dalam lintas sosial budaya, produktif dan akuntabel.

Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Kepala Sekolah dalam Projek penguatan profil pelajar Pancasila di kurikulum merdeka sangat penting. karena pendekatan projek merupakan kegiatan khusus di kurikulum merdeka dalam rangka mewujudkan profil pelajar Pancasila. dan Kurikulum merdeka merupakan pembelajaran paradigma baru yang baru dilaksanakan secara terbatas yaitu di Program sekolah Penggerak. Kepala sekolah atau satuan pendidikan lainnya memiliki peran sangat penting dalam pelaksanaan projek pelajar Pancasila di Kurikulum Merdeka. Menurut Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila SMA, ada 6 peran kepala sekolah, yaitu : (1). Membentuk Tim
Peran pertama kepala sekolah atau madrasah untuk menyiapkan projek di kurikulum
merdeka adalah membentuk tim projek dan turut merencanakan projek. (2). Mengawasi Pelaksanaan Projek Peran Kepala sekolah dalam projek penguatan profil pelajar Pancaasila yang kedua adalah mengawasi jalannya projek dan melakukan pengelolaan sumber daya satuan
pendidikan secara transparan dan akuntabel. (3). Membangun Komunikasi dan Kolaborasi. Peran ketiga yang bisa dilakukan kepala sekolah adalah membangun komunikasi untuk kolaborasi antara orang tua peserta didik, warga satuan pendidikan, dan narasumber pengaya projek: masyarakat, komunitas, universitas, praktisi, dan sebagainya. (4). Mengembangkan Komunitas Praktis. Peran keempat kepala satuan pendidikan dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk peningkatan kompetensi pendidik yang berkelanjutan. (5). Melakukan Coaching Peran kelima kepala satuan pendidikan dalam menyiapkan projek penguatan pelajar pancasila di kurikulum merdeka adalah melakukan coaching secara berkala bagi
pendidik. (6). Mengelola Projek Berpusat pada Peserta Didik. Sebagai pemimpin satuan pendidikan memiliki tugas manajerial, Maka peran kelima yaitu merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pengembangan projek dan asesmen yang berpusat pada peserta didik.

———- *** ———–

Tags: