Inovasi Mahasiswa Unair Ciptakan Alat Penurun Logam Berat pada Kerang

Tim PKM-T Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair berhasil menciptakan Pummach, alat penurun logam berat pada kerang, Rabu (21/6). [adit hananta utama]

Efektif Rontokkan Timbal hingga Kandungan Merkuri
Kota Surabaya, Bhirawa
Menu kerang menjadi salah satu makanan favorit masyarakat. Selain kaya protein, kerang juga memiliki rasa yang memikat. Hanya saja, kerang tidak sepenuhnya aman dikonsumsi. Kadar logam berat yang terkandung di dalamnya cukup membahayakan bagi tubuh. Lantas, bagaimana agar kerang bisa aman? Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil membuat inovasi penurun kadar logam pada kerang.
Adalah lima mahasiswa Unair yang berhasil membuat inovasi alat penurun kadar logam pada kerang. Mereka adalah Oktavia Arini Zuhriastuti, Moch Yazid Abdul Zalalil Amin, Luqmanul Hakim, Ria Setiawati dan Abdul Hamid. Dari tangan mereka, terciptalah penurun kadar logam yang diberi nama PUMMACH (Depuration Mini Machine) yang mudah dioperasionalkan kalangan nelayan.
Oktavia Arini Zuhriastuti menuturkan dalam kerang terdapat kandungan kadar logam berat seperti timbal, cadmium  dan merkuri yang sangat berbahaya. Jika seseorang mengonsumsi makanan yang terpapar timbal tinggi, maka dapat menyebabkan keracunan, diare, bahkan pingsan mendadak. Kemudian jika mengonsumsi makanan yang terpapar cadmium maka akibatnya bisa mengganggu fungsi hati, paru-paru dan ginjal. Sedangkan makanan yang terpapar merkuri dapat menyebabkan rusaknya jaringan kulit hingga saraf.
“Jadi laut itu kan tempat bermuaranya berbagai saluran air. Sehingga di laut itu pula tempat berkumpulnya berbagai zat pencemar lingkungan,” tutur Oktavia, mahasiswa Budidaya Perairan Unair.
Dari persoalan itu, Oktavia dan rekan-rekannya mulai mengembangkan penelitian di bawah bimbingan Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair. Penelitian yang masuk dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi (PKM-T) pun akhirnya dalam seleksi pendanaan Kemenristekdikti. “Alat yang kita buat ini harapannya dapat membantu para nelayan agar bisa menurunkan kadar logam berat pada kerang tangkapannya. Dengan begitu, daya beli konsumen akan terus terjaga,” kata Oktavia.
Alat tersebut, lanjut Oktavia dibuat dari beberapa komponen seperti kotak kontainer, pompa air, sinar UV, filter air, flow meter, pipa kran, dan rak kontainer. Untuk memanfaatkannya, Pummach membutuhkan daya listrik sebagai energi utamanya. Lebih lanjut Otavia menjelaskan langkah-langkah mengoperasikan alatnya. Pertama, memastikan jalur di luar aliran tertutup rapat. Selanjutnya, kotak kontainer diisi dengan air laut yang sudah diatur salinitas dan suhunya. Berikutnya, semua komponen seperti sinar UV dan filter air mulai dinyalakan.
“Jika semua komponen sudah dihidupkan, kerang pasca panen itu ke dalam rak kontainer bisa dimasukkan,” tutur dia.
Moch Yazid Abdul Zalalil Amin menambah penjelasan rekannya. Perendaman kerang, atau disebut proses depurasi itu dilakukan selama 24 jam. Dalam kurun waktu itu, kerang akan mengalami puasa sehingga akan terjadi proses ekskresi. Yaitu proses di mana kerang mengeluarkan logam berat yang ada dalam saluran pencernaannya. Dari hasil proses eksresi tersebut akan diserap melalui filter air yang berbahan dari cangkang kerang. Proses itu akan berlangsung terus menerus hingga kadar logam berat pada kerang menurun secara bertahap.
Kelebihan dari alat PUMMACH ini, meskipun ukuran yang ditawarkan mini (kecil), tetapi kapasitas kerang yang dapat dimasukkan bisa 10 kg. Selain itu, efektifitas penurunan logam berat pada kerang mampu mencapai hingga 40%.  “Tidak hanya itu, dengan adanya sinar UV maka kerang akan steril dari berbagai bakteri dan virus,” ungkap Yazid.
Alat ini, lanjut dia, telah melalui uji kemanfaatan di sentra penangkapan kerang Desa Banjar Kemuning Sedati Sidoarjo. [Adit Hananta Utama]

Tags: