Insomnia

Insomnia
Oleh :
Cinta Maulida Azbi

Setelah pertengahan kelas sebelas, aku tak bisa tidur lagi setiap malam. Bukan karena mimpi buruk dikejar pocong kaki buntung. Bukan karena mimpi buruk diteror kuntilanak beranak empat. Bukan pula mimpi buruk karena ayahku meninggal. Aku tak pernah mimpi buruk tentang hantu, sebab aku tak percaya hantu dan aku selalu membaca doa sebelum tidur. Aku tak bermimpi buruk tentang ayahku meninggal, sebab ayah memang sudah meninggal dua tahun lalu akibat serangan jantung.

Aku tidak pula stres sampai-sampai tak bisa tidur, sebab aku selalu menyelesaikan tugas sekolah, belajar, dan menyiapkan diri untuk presentasi esok harinya sebelum tidur. Aku juga tidak stres karena nilai ulangan yang rendah atau menurun. Nilai-nilai ulanganku selalu bagus. Aku mendapat peringkat pertama setiap tahun di sekolah. Aku selalu memenangkan olimpiade Matematika. Walaupun sedikit bermasalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi itu tidak sampai membuatku stres.

Aku selalu tidur dengan nyenyak sampai di pertengahan kelas sebelas, ada murid baru di kelasku. Namanya Jessica. Aku tak tahu kapan dia mulai masuk. karena aku tak hadir di kelas selama seminggu, sebab mengikuti olimpiade. Begitu aku masuk kelas, sekonyong-konyong dia sudah terlihat duduk di bangku sebelah.

Selama ini, bangku sebelahku selalu kosong, sebab tak ada yang mau berteman denganku. Mana ada orang yang mau berteman dengan orang yang gila belajar. Kupikir Jessica juga akan begitu. Dua tiga hari kemudian, dia akan bosan bersamaku dan akan berteman dengan yang lain. Namun, ternyata Jessica berbeda. Dia cerdas dan aku merasa cocok bersamanya.

Jessica pintar Matematika, pintar Kimia, Biologi, Fisika. Semuanya dia bisa. Bahkan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sedari dulu tak bisa kukuasai, tapi Jessica bisa. Jessica jenius. Semua nilainya bagus. Kalau begini terus dia bisa menandingiku. Tahun ini pun, bisa jadi dia peringkat pertama.

Saat jam istirahat, aku seperti biasa ngobrol dan membahas pelajaran bersama Jessica, tetapi di malam hari, aku belajar keras. Belajar hingga aku mengurangi jam tidur. Namun, semakin lama aku semakin tidak bisa melampaui Jessica. Nilai Jessica malah lebih bagus dariku. Hal itu membuatku kesal dan lagi-lagi mengurangi jam tidur untuk belajar. Sayang, aku masih tak bisa mengejar Jessica. Dia semakin meningkat.

Nilai-nilaiku memang tidak ada yang menurun. Guru-guru juga memujiku. Namun, aku tak mau tertandingi oleh Jessica, sebab tidak menutup kemungkinan bisa saja guru-guru akan berpaling dan memilihnya untuk bertanding di olimpiade berikutnya. Bisa-bisa nilaiku juga akan kalah dari Jessica dan malah dia yang lolos di universitas terbaik saat seleksi jalur undangan nanti.

Pernah aku iseng bertanya padanya, “Jessica, cara belajar kamu kek mana sih biar nilai bagus dan meningkat terus?”

“Aku belajar se-ikhlas hati aja, kok.”

Pikirku Jessica bohong. Mana ada orang yang mau memberi tahu bagaimana caranya untuk menang kepada orang lain.

Di hari berikutnya, setelah menambah jadwal bimbingan belajar, akhirnya aku dapat mengalahkan Jessica. Nilaiku lebih tinggi darinya. Bahkan, sampai di hari-hari berikutnya, nilaiku pun lebih unggul. Tentu, aku merasa puas dengan hal itu.

Namun, itulah yang menjadi awal mengapa aku tak bisa tidur lagi setiap malam. Awalnya, saat terbangun di malam hari, kudapati dia berdiri di depan meja belajarku memandangi semua buku tugas dan catatan di sana. Saat didatangi, dia langsung lari. Aku mengejarnya, tapi dia berlari dengan cepat. Untungnya, buku-buku tugas dan catatanku tak kenapa-kenapa.

Kupikir Jessica mungkin mau merusak atau mencurinya agar nilaiku turun lagi dan dia bisa mengalahkanku. Busuk sekali dia. Padahal aku mengalahkannya dengan usaha keras dan tak pernah mencuranginya. Di sekolah, bahkan dia menjauhiku dan pindah ke bangku kosong, walaupun tak ada yang mau berteman dengannya.

Apa yang dia lakukan itu berlangsung setiap malam dan membuatku tak bisa tidur. Semakin lama perbuatannya semakin menyeramkan. Tak hanya diam berdiri di depan meja belajar, dia mengintip dari luar jendela kamarku setiap malam. Bahkan, sering terdengar suara cekikikannya di sana. Aku mengadukannya pada ibu. Ibu pun mencarinya malam itu juga untuk menegur agar dia tak berbuat hal yang demikian lagi. Namun, kami tidak menemukannya di mana-mana.

Aku ingin membicarkan hal itu di sekolah, karena perbuatan Jessica ini sudah keterlaluan, tetapi dia tak masuk, bahkan sampai berhari-hari. Namun, di malam hari Jessica tetap melakukan perbuatannya itu.

Aku sudah tak tahan lagi. Entah punya dendam apa si Jessica ini. Akhirnya, aku pun membahas masalah ini ke guru Bimbingan Konseling di sekolah agar mereka dapat menindaklanjuti perbuatan Jessica yang keterlaluan ini.

Namun, yang dikatakan guru BK tersebut adalah, “Tak ada murid baru bernama Jessica.”

“Sekolah juga tak punya murid baru di tahun ini.”

-**-

Tanjungbalai, 18 Juni 2021

Cinta Maulida Azbi lahir di Tanjungbalai pada 18 Mei 2002. Saat ini tercatat sebagai mahasiswi program studi Gizi di Universitas Negeri Medan. Bergiat di Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK). Penulis dapat dihubungi lewat email : maulidac123@gmail.com atau melalui WhatsApp : 089620100476.

Rate this article!
Insomnia,5 / 5 ( 1votes )
Tags: