Intan Andiyanti Korban Trafficking, Takmau Lagi Kembali Jadi TKI

Intan bersama Susiati sang ibu di unit PPA Polres Probolinggo.

Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Setelah lima tahun tak pulang, korban trafficking Intan Andiyanti (25), akhirnya kembali ke kampung halaman. Warga Maron Wetan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, itu pun mengaku senang. Dia bahkan tak ingin kembali ke Malaysia, kerasnya pekerjaan di negri orang membuatnya kapok jadi TKI. Hal ini diungkapkannya saat di ruangan Unit Perempuan dan Anak (PPA) Polres Probolinggo.
Menurut Intan, Rabu 28/8 bekerja di Malaysia. Bukan dengan cara legal. Dia jadi korban trafficking dan berangkat secara ilegal. Selama itu pula, dia tidak pernah memberi kabar pada keluarganya. Keluarga Intan yang kebingungan, akhirnya melapor ke Polres Probolinggo. Intan akhirnya pulang dan tiba di Probolinggo, Minggu 25/8 dini hari dengan bantuan Polres Probolinggo.
Tak lama duduk di ruang PPA, seorang perempuan berjilbab hitam dan berjubah, masuk. Dalam sedetik, suasana ruangan itu pun berubah menjadi haru. Perempuan yang tak lain ibu Intan itu, langsung memeluk Intan. Kami menangis sambil berpelukan. Kami bahkan berpelukan cukup lama, seolah tak ingin berpisah, ujar Intan. “Bagaimana kabarmu? Di mana kamu selama ini? Apa saja yang kamu lakukan?” tanya Susiati, 46, begitu kami duduk berdua.
Berondongan pertanyaan itu keluar dari bibir ibu. Ia sudah tidak sabar untuk mendengar cerita saaya yang pergi tanpa pamit pada April 2014. “Kenapa kamu tidak kasih kabar? Kenapa kamu tidak pamit?” ujar ibu.
Mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi itu, saya berusaha tersenyum lebar. Dengan santai saya lantas menjawab satu persatu pertanyaan itu. “Saya kerja di Malaysia, Bu. Saya tidak ngasih kabar karena saya tidak memiliki kontak keluarga,” tutur Intan.
Saya lantas bertanya kabar anak semata wayang saya. Anak saya sudah sekolah bu? Siapa yang mengantar sekolah dan kelas berapa?. Saya memang sangat mengkhawatirkan anak selama di perantauan. Rasa kangen pada keluarga, ibu, bapak, dan adik-adik memang saya rasakan. Namun, yang paling saya rindukan adalah anak, jelasnya.
Lebih lanjut Intan menuturkan, tentang keberangkatannya ke Malaysia. Malam sebelum ke Malaysia, dirinya berbelanja di sebuah toko di desanya. Nah, di toko itulah ia ditawari bekerja di Malaysia. Sayapun langsung mengiyakan tawaran itu. Sebab, sudah lama saya ingin bekerja di Malaysia. Berbekal baju yang dikenakan dan KTP, saya pun lantas berangkat.
“Saya tidak pamit sama orang tua. Saya langsung berangkat saja pas diajak. Karena waktu itu saya kepingin kerja di sana (Malaysia). Karena gajinya banyak,” tandasnya. Berangkat sore itu ke Surabaya. Setelah di Surabaya, melanjutkan perjalanan ke Kediri. Di kediri inilah, dibuatkan paspor untuk bekerja di luar negeri.
Di Malaysia saya bekerja sebagai pembantu. Saya bukan dijual, tapi bekerja. Intan juga mengakui, selama ini memang tidak menghubungi keluarganya. Sebab, dirinya tidak memiliki nomor keluarga sama sekali. Baru memiliki handphone setelah beberapa bulan bekerja. Handphone itu dibelinya dari gajinya. Sayang, meskipun demikian tidak bisa menghubungi keluarga, paparnya.
Ini saja tak ada nomor Indonesia. Ini nomor Malaysia semuanya. Nanti, saya beli kartu di sini. Kini, anak pertama dari lima bersaudara itu tidak mau lagi berangkat ke Malaysia. Dia lebih memilih bekerja di Indonesia. Hasil keringatnya di negara Upin-Ipin itu, akan dibuat membangun rumah untuk dirinya dan anaknya. “Suami saya mati. Jadi, saya bekerja sendiri. Nanti akan bangun rumah dan bekerja di sini saja. Kumpul dengan keluarga,” tandasnya.
Susiati sangat senang anaknya pulang. Selama ini, kepulangan Intan memang sangat ditunggu. Itu, lantaran Intan lima tahun menghilang. “Alhamdulillah. Saya bersyukur sekali Intan bisa pulang. Saya berterima kasih kepada pihak kepolisian yang menemukan anak saya. Sekarang akan saya larang dia pergi-pergi lagi. Saya kangen sekali,” akunya.
Kasus ini masih ditangani oleh Unit PPA Polres Probolinggo. Pihak kepolisian masih mendalami kasus tersebut. Sebab, ditengarai masih ada tersangka lain selain Rudiyanto yang saat ini ditetapkan sebagai tersangka trafficking. “Kami masih terus mengembangkan kasus ini. Beberapa saksi telah kami periksa demi kepentingan pengembangan,” tambah Kanit PPA Isana Reny Antasari.(Wap)

Tags: