Integrasikan Informasi Kampus Lewat Teknologi

Rektor Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya Prof Budi Djatmiko mencoba ITCoPS bersama Project Manager ITCoPS Tan Amelia, Rabu (27/1) kemarin. [Syafruddin / Magang]

Rektor Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya Prof Budi Djatmiko mencoba ITCoPS bersama Project Manager ITCoPS Tan Amelia, Rabu (27/1) kemarin. [Syafruddin / Magang]

Surabaya, Bhirawa
Kolaborasi dosen dan mahasiswa yang tergabung dalam Solusi Sistem Informasi (SSI) Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya sukses menelurkan sistem identifikasi, kontrol, dan keamanan valid. ITCoPS adalah nama perangkat itu, yang berasal dari akronim Identification-Trust-Control-Privilege-Security.
Karena bisa membuat sendiri, kampus Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya satu-satunya kampus di Kota Pahlawan dan bahkan bisa jadi di Indonesia yang memanfaatkan alat yang merupakan pengembangan teknologi Radio Frequency Identification (RFID).
ITCoPS bisa pula diterapkan di daerah basis pertahanan. Untuk mengabsen jumlah personil, memanaj keluar-masuk senjata, memanaj amunisi, dan lainnya. Keberadaan ITCoPS diperkenalkan di kampus Stikom Surabaya yang langsung di ujicoba perdana oleh Rektor Prof Budi Djatmiko, Rabu (27/1) kemarin.
Di kampus Jalan Kedung Baruk Surabaya itu, ITCoPS diterapkan untuk banyak hal. Untuk parkir information system (Paris), yakni sistem parkir terpadu yang menggabungkan kemudahan, kehandalan dan keamanan berbasis RFID.
Selain itu, vending machine untuk melakukan deposit dan transaksi pembelian. Mendukung Sistem Informasi Mahasiswa (Student Integrated Information System/SIIS) yang terintegrasi untuk memantau aktifitas akademik mahasiswa berbasis RFID. Sebagai piranti Gate Perpustakaan untuk data kunjungan serta peminjaman buku.
Manajemen akses pada pintu dan ruangan kantor/kelas berbasis RFID, dan presensi online bagi mahasiswa, dosen dan kegiatan lain berbasis RFID juga semakin lebih efisien dengan ITcoPS.
“Semua itu terintegrasi dalam satu server. Sebelumnya sistem yang ada parsial, sendiri-sendiri. Ke depan pemanfaatan ITCoPS akan terus dikembangkan. Bisa untuk sistem pembayaran kuliah dan lainnya ,” terang Prof Budi Djatmiko.
Rencana pengembangan lain, sebagai pengendali lampu, komputer, penyejuk udara di ruang kuliah. Sistemnya tidak beda dengan saat pertama masuk kamar hotel, gantungan kunci dicolokkan ke tombol dekat pintu untuk memfungsikan AC, lampu dan perangkat lain. Singkatnya, perangkat kamat yang menggunakan sistem kelistrikan.
Untuk sistem perkuliahan, ITCoPS menjamin dosen dan mahasiswa sama-sama mengedepankan kewajibannya bersamaan sistem absensi. Melihat grafik nilai per semester bisa dilakukan mahasiswa hanya dengan menempelkan id card dengan chips RFID yang dipegang.
Id card bagi tiap mahasiswa memiliki masa berlaku. Jika habis, bisa diperpanjang masa berlakunya. “Id card mahasiswa ini menjadi satu dengan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM),” tutur Budi Djatmiko yang masuk 50 tokoh alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berpengaruh sebagaimana buku terbitan Unesa.
Keberadaan mahasiswa dengan KTM ITCoPS ini bisa diketahui posisinya selama dalam areal kampus. Mahasiswa layaknya dilengkapi alat global positioning system (GPS).
Perangkan ITCoPS tidak memerlukan biaya mahal. Untuk pengadaan raider sebagai software pembaca kartu hasil rakitan sendiri, kartu dengan chips RFID yang bisa dibeli di luaran seharga Rp5.000-Rp6.000 per lembar, server, dan kabel line lainnya.
“Untuk pembelian kartu berchips RFID ini bisa dibeli di luaran. Cuma pembeliannya minimal 5000 lembar kartu. Kalau untuk biaya total semua perangkat, Rp100 juta cukup,” tambah Vivine Nurcahyawati, Kaprodi Sistem Informasi Institut Bisnis dan Informatika Stikom.
Programer ITCoPS Julianto menambahkan, mata kuliah maupun jadwal kuliah bisa dipantau mahasiswa dari KTM. Cuma sebelumnya mahasiswa memasukan data sebagaimana yang tertera di Kartu Rencana Studi (KRS).
Project Manager ITCoPS Tan Amelia menyebut, pihaknya tidak menutup diri jika ada pihak luar yang berminat menggunakan perangkat ini. “ITCoPS ini alat identifikasi yang unik, memiliki tingkat integrasi yang tinggi. Bisa menjadi alat keamanan sistem informasi,” Tan Amelia membeberkan.
Semula ITCoPS akan menggunakan retina mata dan sidik jarik untuk identifikasi pemegang KTM ber-RFID. Lantaran sering tidak terdeteksi, deteksi sulit akhirnya digunakan RFID.
“Untuk reader bisa didapat di pasaran. Cuma sering tidak ada dan tidak valid. Untuk reader pendukung ITCoPS ini, kami mengembangkan sendiri dan membuatnya secara custom. KTM yang ada dibuat tapping (ditempelkan) pada tempat-tempat yang disediakan,” terangnya. (geh)

Tags: