Interaksi dengan Warga Bawah, Bupati Blusukan

Berdialog, Bupati Nganjuk Drs Taufiqurrahman mengetahui secara langsung kesulitan hidup masyarakat bawah. [ristika/bhirawa]

Berdialog, Bupati Nganjuk Drs Taufiqurrahman mengetahui secara langsung kesulitan hidup masyarakat bawah. [ristika/bhirawa]

Nganjuk, Bhirawa.
Pentingnya mengetahui kondisi masyarakat hingga paling bawah, Bupati Nganjuk, Drs Taufiqurrahman, kini rutin melakukan kegiatan blusukan. Mungkin saja meniru gaya kepemimpinan Joko Widodo, Bupati Nganjuk mendatangi langsung masyarakat di pelosok desa untuk menanyakan keluhan dan keinginan mereka.
Terkadang Bupati Taufiqurrahman mengajak beberapa kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), tergantung tujuan blusukan. Seperti yang dilakukan saat blusukan di Desa Ketandan, Kec Lengkong, Bupati Taufiqurrahman mengajak Kepala Dinas PU Cipta Karya dan Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda). Pasalnya, di Desa Ketandan banyak sekali rumah warga tak layak huni, sehingga perlu penanganan secara sistemik yang melibatkan lebih dari satu SKPD. ”Diperlukan perencanaan yang baik untuk program perbaikan rumah warga tak layak huni dalam hal ini tugas Bapeda dan pelaksanaan yang baik pula Dinas PU Cipta Karya sebagai leading sektor,” terang Bupati Taufiqurrahman.
Ketika melihat langsung rumah-rumah warga yang tak layak huni, bupati dua periode ini juga tak canggung saat mengobrol dengan warga. Bahkan dari deretan ibu-ibu yang bergerombol banyak yang tak tahu jika rumahnya akan didatangi bupati. ”Saya tak mimpi apa-apa, tapi rumah saya didatangi Bupati Nganjuk,” ujar Suti (70) warga Desa Ketandan sambil menunjukkan wajah senang.
Lantas, Bupati Taufiqurrahman menanyakan soal kondisi rumah Kasni dan beberapa rumah warga lainnya. Bahkan bupati juga bertanya, apakah warga setuju jika rumahnya yang tak layak huni ini dibongkar dan dibangun lagi rumah yang layak. Sontak, warga langsung menjawab ‘setujuu’.
Menurut Bupati Taufiqurrahman, banyak rumah di pedesaan tepi hutan seperti Desa Ketandan masih berlantai tanah. Selain itu, kerap hewan peliharaan seperti kambing atau sapi tinggal di ruangan yang sama. Akibatnya, tingkat kesehatan masyarakat sangat rendah sehingga akan mempengaruhi kualitas kesehatan.
”Di Desa Ketandan ini cukup banyak rumah warga yang tidak layak huni, karena itu, pemerintah daerah akan melakukan kegiatan bedah rumah. Tujuannya yang pasti adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,” papar Bupati Taufiqurrahman.
Lebih jauh, Bupati Taufiqurrahman mengatakan dana program bedah rumah dilakukan melalui transfer rekening ke masing-masing penerima bantuan, bukan melalui dinas terkait. Jadi para penerima bantuan membuat rekening pribadi melalui Bank Jatim. Perbaikan rumah juga harus dilakukan secara gotong-royong. ”Pada pelaksanaan bedah rumah menganut tiga prinsip utama, yaitu tepat sasaran, tepat penggunaan dan tepat waktu. Paling utama adalah tidak ada potongan dana bantuan atau pungutan liar dalam penyaluran dana bantuan pemerintah,” ujar Bupati Tafiqurrahman.
Jika, rumah penerima bantuan itu lantainya tanah, atapnya terbuat dari daun, dindingnya dari gedek, maka yang bersangkutan akan mendapatkan bantuan senilai Rp15 juta melalui transfer rekening, bukan melalui dinas atau tim pendamping. ”Jadi dalam satu desa, warga membuat kelompok masyarakat. Mereka gantian mengerjakan rumah, tidak menggunakan tenaga tukang,” kata Bupati Taufiqurrahman menegaskan.
Bedah rumah bertujuan untuk meningkatkan kualitas rumah dan pembangunan baru, dilihat dari kualitas atap, lantai, dan dinding rumah, untuk dapat memenuhi syarat kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan. ”Jumlah nomimal bantuan yang diberikan kepada masyarakat dibagi menjadi dua yaitu untuk peningkatan kualitas, maksimal Rp15 juta dan pembangunan baru, maksimal Rp30 juta,” ujar Taufiqurrahman. (res.adv)

Tags: