Intiland Bidik Pendapatan Penjualan Rp 3 Triliun

2015, industri properti nasional diyakini semakin membaik.

2015, industri properti nasional diyakini semakin membaik.

Surabaya, Bhirawa
Kondisi industri properti nasional saat ini sedang mengalami tekanan, namun manajemen PT Intiland Development Tbk yakin pasar properti akan semakin membaik di 2015 ini. Untuk itu perseroan telah memproyeksikan akan mampu membukukan pendapatan penjualan 2015 sekitar Rp 3 triliun atau naik sekitar 18 persen dibandingkan tahun 2014.
“Kami optimistis industri properti akan recovery dan kami akan meluncurkan beberapa proyek baru untuk meningkatkan kinerja tahun 2015, keyakinan ini mempertimbangkan masih tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap produk properti, baik untuk keperluan hunian, bisnis, maupun investasi,” ungkap Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono, Kamis (15/1).
Sedangkan Sepanjang 2014, pihaknya telah berhasil meraih pendapatan penjualan atau marketing sales sebesar Rp 2,54 triliun. “Di 2014 tantangan yang dihadapi industri properti cukup berat, selain kondisi perekonomian kurang mendukung dan pasar properti yang cenderung melemah juga disebabkan dilaksanakan pemilihan umum pada tahun lalu,” tuturnya.
Ia menambahkan, meskipun bisnis properti sedang mengalami tekanan, namun pada triwulan keempat sudah mulai membaik dan perseroan telah berhasil menjaga kinerja dan pertumbuhan usahanya. Selain itu pihaknya juga berhasil mengeksekusi sejumlah strategi kunci untuk mempertahankan kinerja usaha.
Salah satu fokus utama yang dilakukan adalah mengembangkan proyek-proyek skala besar dan jangka panjang dan disertai dengan penerapan konsep pemasaran yang tepat. “Pengembangan segmen superblok dan kawasan terpadu mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan usaha Intiland, kami juga telah menyiapkan sejumlah proyek baru di segmen ini untuk diluncurkan tahun ini,” ujarnya.
Sementara dari total pendapatan penjualan 2014, segmen pengembangan superblok dan kawasan terpadu menjadi kontributor terbesar dengan nilai mencapai Rp 1,2 triliun atau 47 persen. Berikutnya berasal dari segmen pengembangan residensial, baik dari produk apartemen maupun perumahan, dengan nilai Rp 909 miliar atau 36 persen.
Sedangkan segmen pengembangan kawasan industri memberikan kontribusi sebesar Rp 257 miliar atau 10 persen dan segmen properti investasi berkontribusi Rp 178 miliar atau 7 persen.
“Proyek pengembangan kawasan perkantoran terpadu South Quarter di TB Simatupang, Jakarta Selatan tercatat menjadi kontributor terbesar dengan nilai marketing sales Rp 609 miliar atau 24 persen.  Berikutnya berasal dari Aeropolis, pengembangan proyek kawasan terpadu di dekat bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng yang memberikan kontribusi sebesar Rp 369 miliar atau 14,5 persen,” jelasnya.
Selain kedua proyek tersebut, beberapa proyek lainnya juga berhasil memberikan kontribusi signifikan bagi perseroan. Salah satunya adalah Regatta, apartemen ikonik di Pantai Mutiara, Jakarta Utara yang memberikan kontribusi Rp 294 miliar atau 12 persen. Kawasan Industri Ngoro Industrial Park di Mojokerto memberikan kontribusi sebesar Rp 257 miliar atau 10 persen. Pengembangan kawasan perumahan di Jakarta Selatan, Serenia Hills tercatat memberikan kontribusi Rp 216 miliar atau 9 persen.
“Ditinjau berdasarkan tipe pengembangan, pendapatan dari pengembangan (development income) masih menjadi kontributor utama dengan pencapaian marketing sales Rp 2,36 triliun atau 93 persen. Sisanya sebesar tujuh persen atau Rp 178 miliar diperoleh perseroan dari pendapatan berkelanjutan (recurring income),” katanya. [riq]

Tags: