Investasi Telan Miliaran, Bangunan STA Kota Batu Mubazir

10-bangunan-STA-MangkrakKota Batu, Bhirawa
Pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) Sidomulyo serta pengadaan peralatan yang ada di dalamnya telah menghabiskan anggaran hingga miliaran rupiah. Namun hingga saat ini, tidak ada aktivitas yang ada dalam bangunan tersebut.  Sejak dibangun Dinas Pertanian dan Kehutanan pada 2012 lalu, STA Sidomulyo belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Gedung yang berada di Desa Sidomulyo ini hanya menjadi ruang rapat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Namun kegiatan itu dilakukan dalam momen tertentu atau jarang sekali dilakukan. Padahal di dalam gedung ini juga banyak peralatan, serta kelengkapan laboratorium pertanian yang nilainya mencapai jutaan rupiah.
“Beberapa petani pun sempat mempertanyakan kenapa STA tersebut tidak dipergunakan. Padahal kalau kita lihat banyak sekali peralatan di dalam itu, eman-eman kalau tidak dipergunakan,” terang salah seorang petani Sidomulyo yang enggan namanya disebutkan, Senin (9/6).
Ia menjelaskan bahwa selama ini tidak ada pengumpulan hasil bumi, tidak ada transaksi antara pembeli dan penjual, serta tidak ada pengiriman hasil bumi sesuai dengan konsep yang dulu dibuat dalam pembuatan STA Sidomulyo.   Padahal di dalam gedung tersebut terdapat mesin cetak yang bisa digunakan untuk cetak banner, peralatan laboratorium serta beberapa peralatan lain. “Kita pinginnya mengingatkan, tapi khawatir dituduh ingin menguasai atau dituduh yang tidak-tidak,”tambahnya.
Sementara Kades Sidomulyo Suharto  ketika dikonfirmasi masalah ini membenarkan bahwa STA tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. “Kalau dikatakan mangkrak tidak, karena kadang dibuat rapat teman-teman Gapoktan, cuma peruntukannya memang agak meleset dari perencanaan awal,” ujar Suharto.
Menurutnya, STA ini dahulu dikelola oleh Gapoktan tingkat kota. Dulu rencananya STA ini memang digunakan sebagai tempat pengumpulan barang agribis dari dalam maupun dari luar kota. Selain itu, melalui STA ini pula diharapkan ada transaksi antara penjual dengan pembeli. Tempat ini juga dilengkapi dengan berbagai perlengkapan modern, hanya saja biaya operasional STA ini cukup besar. Sementara tidak ada anggaran yang bisa dipergunakan untuk menutup kebutuhan tersebut.
Sebenarnya, kata Suharto, pengurus Gapoktan sudah banyak berupaya untuk menghidupkan STA ini. Salah satunya dengan membuat koperasi di STA ini. Namun entah apa penyebabnya koperasi pun tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. “Desa sih berharap bisa dipergunakan sebagaimana mestinya, bisa semakin menambah potensi desa, karena di sini banyak home industry, sentra oleh-oleh, banyak tanaman hias. Kalau memang desa disuruh membantu mengelola, kita siap saja,”tambah Suharto.
Sekadar diketahui, Dinas Pertanian mendirikan STA ini sejak 2012 yang lalu.  Bahkan Pemkot Batu melalui Dinas Pertanian sudah menyewa empat unit kios di Puspa Agro dalam jangka waktu 10 tahun. Kios itu yang kemudian dikelola beberapa gabungan kelompok tani asal Kota Batu untuk pemasaran produk. Kios itu digunakan untuk pemasaran buah, bunga mawar hingga sayur mayur. Rencananya dalam satu kali pengiriman, buah bisa seberat 10 kuintal atau 1 ton dan 8 kuintal sayur mayur. Pengiriman bisa dilakukan dalam hari Jumat, Sabtu dan Minggu atau akhir pekan. [nas]

Tags: