IPM Jember Peringkat 33 se-Jawa Timur

Kab.Jember, Bhirawa
Meskipun ada kenaikan, Indek Pembangunan Manusia (IPM) Jember belum mampu mendongkrak peringkat secara signifikan. Bahkan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jember, IPM Jember 2016 tercatat mencapai nilai 64.01. Nilai ini lebih tinggi dibanding tahun 2015 dengan nilai 63,04. Dengan perolehan ini, Kabupaten Jember menduduki peringkat 33 di Jawa Timur. “Tentu ini menjadi tantangan Pemkab Jember untuk menaikkannya,” ujar Kepala BPS Jember Indriya Purwaningsih.
Menurut Indri, diwilayah tapal kuda, Jember hanya berada diatas Kabupaten Lumajang yang ada di peringkat 35.”Sedangkan daerah lainnya ada diatas Jember. seperti Banyuwangi dengan nilai 68,08 jauh dengan peringkat 20. Bondowoso dengan 63,95 (31) dan Situbondo dengan 63,95 (30),” ungkapnya.
Meskipun demikian, Indri mengaku ada yang cukup perlu diacungi jempol dari pertumbuhan IPM Jember. Dimana pertumbuhan IPM Jember mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni sebesar 1,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pertumbuhan ini peringkat ketiga di Jawa Timur. “Pertumbuhan IPM Jember di bawah Sumenep yang meningkat 1,67 persen dan Sampang (1,65 persen),” jelas Indri.
Namun, untuk mengejar daerah lain diakuinya cukup berat. Apalagi, untuk peringkat pertama yang ditempati Kota Malang dengan nilai 80,05. “Dan di Jawa Timur baru satu daerah dengan kategori sangat tinggi ini. Jadi perlu ada sejumlah usaha dari Pemkab Jember untuk bisa menaikkan nilai IPM Jember sehingga bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah lainnya di Jawa Timur,” katanya.
Indri menjelaskan, IPM sendiri dibentuk dari tiga dimensi dasar yakni Angka Harapan Hidup (AHH), Pengetahuan dan standar hidup layak. Untuk AHH, Jember hanya mengalami kenaikan yang cukup rendah yakni hanya naik 0,25 persen. “Dari tahun lalu 68,20 menjadi 68,37 tahun,” jelas Indri.
Sementara yang dianggap mengalami pertumbuhan cukup bagus yakni untuk pengetahuan. Dimana pengetahuan sendiri terbagi dalam dua kategori yakni Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS). “Untuk HLS mengalami peningkatan 2,48 persen di tahun 2016 yakni menjadi 12,31. Jika sebelumnya HLS hanya hingga kelas 3 SMA, kini bisa sampai lulus SMA,” jelasnya.
Sedangkan untuk RLS mengalami kenaikan 5,05 persen. Yakni dari sebelumnya RLS hanya 5,76 menjadi 6,05 tahun. “Jadi rata-rata penduduk Jember berusia 25 tahun keatas sudah mengenyam pendidikan hingga lulus SD. Padahal sebelumnya rata-rata hanya sampai kelas 6 saja,” terangnya.
Sedangkan untuk indikator standar hidup layak dilihat dari pengeluaran perkapita yang naik sekitar 1,86 persen. “Dari sebelumnya pengeluaran perkapita masyarakat Jember Rp 8,255 juta per tahun menjadi Rp 8,409 juta per tahun,” terangnya. Sehingga pengeluaran sekitar Rp 700 ribu per bulan dan rata-rata pengeluaran ini meningkat Rp 171 ribu per tahun.
Sementara itu, Lulu Lutfiasari, Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis BPS Jember menjelaskan jika ada sejumlah faktor yang membuat Jember mengalami kenaikan tersebut. Utamanya dalam peningkatan untuk dimensi pengetahuan. “Mungkin penyebabnya karena kemudahan sekolah di Jember lebih baik. Karena HLS bisa sampai lulus SMA,” terang Lulu kemarin.
Lulu juga memprediksi ini terkait dengan program pendidikan gratis yang dicanangkan oleh Bupati Jember Faida. Namun, yang perlu mendapatkan perhatian adalah AHH. “Hal ini berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Karena, AHH Jember diakuinya masih cukup tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur yang kebanyakan sudah diatas 70 tahun,” paparnya pula. [efi]

Rate this article!
Tags: