Judul Buku : Pergolakan Pemikiran Islam
Penulis : Prof. Dr. Simuh
Penerbit : IRCiSoD
Terbit : Cetakan Desember 2019
Tebal : 389 halaman
ISBN : 978-623-737-813-6
Peresensi : Saiful Bahri
Mahasiswa Religions Studies di UIN-SUKA Yogyakarta
Sejatinya, Islam ketika ditinjau dalam perspektif sosiologi, merupakan sebuah transformasi teologis yang menjadi satu sistem nilai umat manusia dalam menjalani kehidupan sosial yang baik. Sebuah cara pandang yang bisa membangun peradaban yang berilmu dan terbebas dari kebodohan. Akan tetapi jika kita melihat dengan kaca mata antropologi, Islam selalu dipandang sebagai jalan untuk mendedikasikan dirinya untuk Allah SWT. Kepercayaan kepada sesuatu yang bersifat supranatural, metafisik dan irasional.
Dua perspektif inilah yang merekonstruksi satu pisau analisis Prof. Dr. Simuh. Beliau hadir sebagai penerus tradisi intelektual keislaman yang relevan saat ini. Karena sejatinya pergolakan umat Islam dalam bidang politik, teologi dan intelektual sangat memengaruhi cara pandang dalam dunia Islam yang sangat kompleks dan beragam hingga saat ini. Tentunya pergolakan ini tidak lain merupakan hasil dari rekonstruksi ijtihad para ulama terdahulu di dalam menginterpretasikan ayat Al-Qur’an dan Hadis.
Dinamika pergulatan intelektual dalam memahami Islam yang mampu membawa ke jalan Rahmatan Lil Alamin adalah dengan menyikapi setiap perbedaan tersebut dengan akhlak. Karena kita tahu bahwa Prof. Dr. Simuh memiliki latar belakang pendidikan yang mengarah kepada pokok kajian Islam yang berperadaban. Islam yang mampu memberikan kenyamanan satu sama lainnya. Serta Islam yang memberikan rahmat kepada seluruh alam semesta.
Interkoneksi antara ilmu dan akhlak sejatinya akan membukakan hati dan pikiran kita bukan untuk memilih siapa yang paling benar atau siapa yang kalah. Artinya pergolakan antara kelompok Ahlusunah, Mu’tazilah, Khawarij, dan kelompok lainnya sejatinya harus menemukan titik temu. Apa yang disebut sebagai “justifikasi kategori” dalam tiap-tiap perbedaan dalam pergolakan pemikiran Islam yang ada untuk kita klasifikasikan.
Prof Dr. Simuh terbawa arus oleh pemikiran A. Comte (1798-1857) melihat bahwa manusia dalam melihat agama terbagi menjadi tiga law of three stages. Yaitu pendekatan Teologi, Metafisik dan positivism logis. Dasar pendekatan secara teologi adalah pemberlakuan secara akal untuk merealisasikan setiap kepercayaan sebagai kebenaran hingga pada titik tertentu akan terpaku terhadap tujuan di balik kehidupan yang ada serta fungsi umat manusia di dunia ini. Artinya akan kembali kepada sesuatu yang bersifat keyakinan dan keimanan.
Di situlah pergolakan umat manusia yang akan mengarahkan kepada satu tema keislaman yang menitikberatkan kepada satu dedikasi “ruhillah” yang akan membangun kesadaran akan adanya Tuhan yang menjadi satu sebab dan akibat terjadinya segala sesuatu di dunia ini. Baik hidup dan mati, tujuan dan makna kehidupan serta arti kehidupan yang akan berakhir seperti apa dan bagaimana kelak di akhirat Hal.73.
Begitu juga pola pikir manusia dalam melihat Islam mengacu kepada metafisik. Artinya spekulasi ini berbentuk imajiner terhadap sesuatu yang menjembatani antara yang memiliki kehendak dengan sesuatu yang menerima kehendak tersebut. Kepasrahan diri serta menafsirkan apa yang menjadi satu jalan yang serba kemungkinan dan bersifat tidak realistis juga akan membentuk pemikiran umat manusia kepada spekulatif yang naluri dalam akal dan pikirannya.
Begitu juga jelas bahwa dinamika pergolakan pemikiran Islam yang sangat aktual dan relevan dalam kehidupan kita di era kemajuan sains dan teknologi saat ini. Tentunya, para pemikir dan intelektual Islam mengacu kepada cara pandang para filsuf Yunani yang menjadi sumber utama peradaban yang mempersembahkan satu hal yang sangat penting yaitu “ilmu pengetahuan positif” yang nyata dan empiris akan keberadaannya.
Artinya pergolakan pemikiran Islam yang memiliki struktur kajian secara ilmiah dapat direalisasikan secara penuh bagaimana Prof. Dr. Simuh mampu menginterkoneksikan para pemikir keislaman yang berorientasi dalam membangun jembatan antara sesuatu yang memiliki kehendak tadi dengan sesuatu yang diberikan kehendak yaitu dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kita harus tahu bahwa tiga dasar pergolakan pemikiran dalam dunia Islam yang menjadi dasar pembeda secara mereka di dalam berislam atau tentunya membangun kekuatan politik untuk kelangsungan pemikirannya tentang Islam tentunya ini justru menyebabkan problematika yang empiris yaitu klaim secara eksklusif yang saling menyalahkan dan saling membenarkan satu sama lainnya. Pergolakan pemikiran tersebut menjadi perpecahan dan pertumpahan darah.
Baik dari golongan Asy’ariyah dengan Mu’tazilah. Atau golongan Ahlusunah dengan Syi’ah dan antar golongan lainnya. Prof Dr. Simuh melihat pergolakan pemikiran dalam Islam ini justru menjadi pemisah atau pemecah-belah satu sama lainnya. Bahkan menjadi satu jalan bagaimana mereka saling menumpahkan darah demi membela kelompok mereka satu sama lainnya.
Ini merupakan fakta dalam realitas dinamika pergolakan pemikiran umat Islam dari dulu hingga saat ini. Tentunya jalan yang paling benar bagi Prof. Dr. Simuh adalah membangun justifikasi kategori tersebut. Agar tidak terjadi pertikaian dan saling menghalalkan darah hanya perbedaan yang bersifat ijtihad. Dengan justifikasi kategori tersebut bisa menemukan titik benang merah bahwa Islam pada hakikatnya erat mengemban nilai-nilai tersebut ketika sudah masuk dalam taraf pengamalan, pengkajian, pengamatan yang sangat mendalam terhadap esensi Islam.
Buku ini merealisasikan Islam sebagai esensi sejatinya harus membuka eksistensi yang menghubungkan setiap pergolakan pemikiran dalam Islam kepada satu koneksi yaitu akhlak yang baik. Dengan syarat bagi Prof Dr. Simuh adalah tetap berada dalam lingkaran Al-Qur’an dan Hadis. Karena persoalan ijtihad dalam tiap-tiap ulama yang menghasilkan norma-norma hukum tersebut adalah keniscayaan yang pada hakikatnya kita terus mencari kebenaran yang hakiki tanpa ada saling dehumanisasi atau perpecahan dan pertumpahan darah. Karena perbedaan dalam ijtihad keislaman harus diimbangi dengan akhlak yang baik.
——— *** ————