Istri Wakil Bupati Ajak Warga Lestarikan Batik

Istri Wakil Bupati Sidoajro saat belajar membatik di Pendopo Pemkab Sidoarjo, kemarin. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Mengingat keberadaan batik Sidoarjo usianya sudah sangat tua, agar tak punah masyarakat Sidoarjo harus selalu menjaganya. Batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Maka sudah menjadi kewajiban bersama untuk menjaga kelestarian batik Indonesia, khususnya kerajinan batik di Kab Sidoarjo.
Itulah ajakan istri Wakil Bupati Sidoarjo, Turidatus Salimah atau yang akrab dipanggil Ida Nur Ahmad Syaifuddin. Menurutnya, keberadaan batik Sidoarjo sudah sangat tua. Sejak tahun 1675 sudah dikenal masyarakat Sidoarjo. Sampai sekarang keahlian membatik diturunkan secara turun menurun mencapai tujuh generasi.
“Batik Sidoarjo merupakan warisan lokal masyarakat Sidoarjo, dimana ragam hias, motif batiknya menggambarkan alam Sidoarjo yang melimpah,” ucapnya saat membuka pelatihan batik kepada ibu-ibu anggota PKK Kab Sidoarjo, (19/4).
Ny Ida menjelaskan, pelatihan pengembangan motif batik seperti ini sebagai upaya untuk melestarikan batik tulis Sidoarjo. Selain itu, pelatihan itu juga untuk lebih mengenalkan desain maupun motif batik khas Sidoarjo. Ia merasa masih banyak masyarakat Sidoarjo yang belum mengenal desain maupun motif batik Sidoarjo.
“Makanya, TP-PKK Kab Sidoarjo menyelenggarakan pelatihan pengembangan motif batik seperti ini. Tujuannya agar kita lebih mengenal bagaimana desain, motif dan ciri khas batik Sidoarjo,” tuturnya.
Sementara itu, Nurul Huda pemilik Rumah dan Workshop Batik Tulis Halus Al-Huda Sidoarjo yang menjadi narasumber menceritakan banyak tentang sejarah batik. Menurut Nurul, dahulu ada dua jenis batik yang dikenal. Yakni batik pedalaman dan batik pesisir. Batik pedalaman dengan ciri khas berwarna cokelat, sedangkan batik pesisir berwarna terang. Batik Sidoarjo sendiri merupakan jenis batik pedalaman. Sehingga saat itu batik khas Sidoarjo berwarna cokelat.
Namun, seiring perkembangan Kab Sidoarjo, warna batik Sidoarjo berwarna terang seperti batik saat ini. Hal itu dipengaruhi oleh masyarakat Madura yang merupakan wilayah pesisir. Masyarakat Madura yang saat itu banyak menjadi pedagang di Sidoarjo menjadi konsumen dominan batik Sidoarjo. Sedangkan orang Madura menginginkan batik berwarna terang yang menjadi khas daerahnya sendiri. ”Makanya, untuk memenuhi permintaan itu dibuatkanlah corak batik Sidoarjo berwarna warni,” jelas Nurul Huda.
Ia juga katakan, sebelumnya batik Sidoarjo juga bermotif flora fauna. Namun gambar hewan yang diciptakan tidak berkembang. Saat itu kain batik hanya dipakai sebagai sarung maupun jarik. Namun kini motif batik Sidoarjo sudah berkembang. Salah satunya motif batik beras tumpah maupun kembang tebu. [ach]

Tags: