Isu Duit Raja Raja

Foto Ilustrasi

Berharap memperoleh uang milyaran rupiah tanpa kerja keras, pasti mustahil. Toh beberapa orang terkenal benar-benar terkecoh, termasuk tersangka “ratu hoax,” dan beberapa calon legislatif (caleg). Isu “duit raja-raja” se-Indonesia akan dicairkan melalui Bank Singapura, dan Bank Dunia (World Bank). Duit akan dibagikan kepada yang menyetor dana pencairan, dengan imbalan seribu kali. Uniknya, isu disertai surat meng-atasnamakan institusi negara. Semuanya palsu.
Isu coba terus digulirkan melalui media sosial, dan sebaran formulir, dengan iming-iming memperoleh uang. Serta dilengkapi dengan pelibatan institusi vital kenegaraan. Diantaranya, Interpol Special Notice, Badan Intelijen Negara (BIN), serta presidium Wantimpres 2011. Tak jarang, disertai diskusi oleh sekelompok orang berusia senja, mengaku perwira berpangkat setara bintang satu (Brigadir Jenderal). Juga mantan pejabat eselon satu (setara Direktur Jenderal).
Diskusi kalangan orang-orang tua, berkisar pada kekayaan raja-raja nusantara yang tersimpan di berbagai bank di luar negeri. Telah tersimpan selama 70 tahun, tercatat sebagai kekayaan negara. Sebagian diantaranya, dihibahkan menjadi “harta” Soekarno (presiden pertama RI). Dahsyatnya, diskusi, dan berbagai surat isu duit-duit raja-raja, menggunakan istilah perbankan, dan moneter. Misalnya, dana “kolateral,” serta anggaran “kontijensi.”
Seluruh isu duit raja-raja akan, dipastikan abal-abal, bertujuan penipuan. Namun banyak pula yang kepincut. Pada masa pemilihan kepala daerah (Pilkada), banyak tim sukses pasangan calon, juga kepincut. Sampai menyetor uang panjar, sebagai setoran “kontijensi.” Isu pencairan duit raja-raja juga mensyaratkan penggunaan uang pada “jalan yang benar.” Diantaranya, dibagikan kepada rakyat yang miskin, mendirikan sekolah gratis.
Tersangka “ratu hoax,” juga berjanji akan menggunakan duit raja-raja pada jalan yang benar, dan telah menyetor Rp 50 juta. Ada pula yang menyetor secara bertahap sampai hampir Rp 1 milyar. Sehingga dijanjikan bakal menerima uang sebesar Rp 23 trilyun. Anehnya, seluruh korban isu tergolong berpendidikan tinggi. Sedangkan pelaku penipuan merupakan sindikat yang rata-rata telah berusia di atas 55 tahun. Selain isu duit raja-raja, sindikat juga menyebar isu lain dengan modus yang sama, termasuk “harta” Soekarno.
Walau nyata-nyata mustahil, banyak pula yang berburu “harta” Soekarno, yang konon tersimpan di bank Swis. Ada yang berupa uang (dalam jumlah ribuan trilyun rupiah, surat berharga, dan emas batangan. Konon, “harta” Soekarno diperoleh dari berbagai negara di dunia. Juga sumbangan raja-raja di seantero Nusantara (Indonesia). “Harta” yang tersimpan (dan tidak pernah diambil selama 70-an tahun) bertambah banyak berlipat-lipat. Diperkirakan cukup untuk menutup utang Indonesia.
Ragam lain “harta” Soekarno, berbentuk logam (emas) putih, sekitar 900 gram. Lengkap dengan stempel bank (palsu) berbagai kota di Eropa. Ada Bank of London, Bank Paris, dan Bank Swis. Ada pula batangan besi kuningan (berat sekitar 90 gram) bergambar grafis wajah Bung Karno. “Harta” Soekarno, telah beredar di seluruh Indonesia, terutama di pulau Jawa. Paling banyak di Jawa Barat. Biasanya berkait dengan perdukunan.
Namun iming-iming “harta” Soekarno, paling spektakuler, beredar di Sumatera Barat. Sampai memperoleh perhatian OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Telah beredar luas, selebaran dilengkapi logo Garuda Pancasila, diterbikan oleh World Bank Union Switzerland. Isi selebaran, menjanjikan pelunasan kredit macet, yang dijamin oleh US Swissindo. Dipastikan semuanya palsu, hanya hoax.
Polisi telah menangkap sindikat isu duit raja-raja maupun “harta” Soekarno. Dipastikan tidak berdasar, hanya hoax. Namun isu (populer) paling tidak berdasar, adalah seorang (berdialeg Makasar) mengaku sebagai “sultan” Majapahit sekaligus sebagai “presiden” PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa).

——— 000 ———

Rate this article!
Isu Duit Raja Raja,5 / 5 ( 2votes )
Tags: