ITN Jawara Tender Competition KRB 2022

Tim Spectra Doa Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITN Malang, dari kiri; Leonardo Wijaya, Arya Pangestu dan Renaldy Priya Hutama berhasil menjadi Juara I National Tender Competition, Kompetisi Rancang Bangun (KRB) 2022. [m taufiq]

Malang, Bhirawa
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang kembali menorehkan prestasi tingkat nasional. Tim Spectra Doa Dosen berhasil menjadi Juara I National Tender Competition, Kompetisi Rancang Bangun (KRB) 2022 di Udayana Bali belum lama ini.
Tim ITN yang terdiri dari tiga mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Yuda Arya Pangestu, Leonardo Wijaya dan Renaldy Priya Hutama ini tampil mengungguli empat tim lainnya, yakni Haka 62 (ITS), Boy Civilian (UNR Bali), Delta Sipondra (Polines Semarang) dan Gold Digger (ITS). Peserta yang mengikuti National Tender Competition KRB 2022 bertema Innovative Solution to Achieve Optional Use of Eco Friendly Development ITN berhasil menyingkirkan 46 tim peserta lainnya.
Salah satu Tim ITN, Leonardo Wijaya menuturkan, kelima finalis ini merupakan hasil dari seleksi dokumen tender yang diajukan. ”Dokumen penawaran dikirim secara online, namun presentasi kami gelar secara langsung di Bali,” ungkapnya.
Poses presentasi ini, jelas Leonardo, cukup unik karena dilakukan secara tertutup dan bergantian, karena menyangkut strategi dan inovasi serta rahasia masing – masing tim. Tender kali ini adalah membangun gedung tiga lantai yang ada di Bali dengan luas 1.075 m dengan nilai pagu Rp7,8 milliar degan harga penawaran sebesar Rp6,05 juta.
“Harga ini sudah termasuk efisiensi harga sebesar 22% dan efisiensi waktu 1 bulan dengan waktu pelaksanaan 180 hari,” terangnya.
Mahasiswa angkatan 2019 ini menambahkan, ada sejumlah strategi dan inovasi yang mereka terapkan, termasuk aplikasi pemeliharaan setelah proyek pembangunan. Ini meningkatkan rasa percaya diri dalam mengikuti kompetisi yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Udayana ini.
“Juri menilai potensi penerapan dari inovasi ini di lapangan cukup besar. Jadi selain tidak membuang banyak waktu dan material, ada perawatan lingkungan di tengah proses kontruksi yang menimbulkan limbah dan pencemaran, sesuai tema dari lomba,” urainya.
Sementara itu, Renaldy Priya Hutama menambahkan, dirinya dan Yuda Arya Pangestu sempat menjadi nominator saat mengikuti lomba sejenis ini sebelumnya.
“Prinsipnya semua usaha berawal dari doa, waktu itu kami memakai nama Tim Spectra Doa Ortu, dan kali ini kami menggunakan nama Doa Dosen,” ujarnya.
Yuda mengaku dengan semakin banyak ikut lomba tender, semakin banyak hal baru yang didapat. Tentunya keahlian dalam menyusun RAB maupun penjadwalan, menghitung volume, akan meningkat pula. Selain itu banyak hal baru yang kita jumpai, seperti bagaimana memadukannya dengan ornamen-ornamen Bali misalnya. Dan tentunya kami mendapat pandangan tentang proyek berikutnya. [mut.fen]

Tags: