ITS Dukung Rencana Pemindahan Ibukota

Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana memaparkan hasil kajian terkait rencana pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Kota lain, Kamis (17/8) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyikapi isu rencana pemindahan ibukota Indonesia dari Jakarta ke kota lain. Rektor bersama pakar ITS pun terlibat dalam tim kajian. Mereka menyampaikan hasil kajian tersebut tentang alasan kelayakan pemindahan ibukota serta kriteria yang sesuai untuk Indonesia di masa mendatang.
Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana menuturkan ada berbagai alasan yang menyebabkan Jakarta sudah tidak layak menjadi ibukota Negara Indonesia. Dari segi penunjukan kota Jakarta sebagai ibukota di masa awal kemerdekaan, tidak melihat kondisi keamanan Jakarta sebagai ibukota negara. Alasan selanjutnya, pembangunan kota Jakarta bersifat konurbasi.
“Artinya, terjadi kecenderungan  kota yang menyebabkan daerah sekitar bergantung ke Jakarta dan tereksploitasi,” jelasnya dalam Press Conference yang digelar sebagai rangkaian perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72 di kampus ITS, Kamis (17/8) kemarin.
Dalam perspektif negara kepulauan, lanjut Joni, ketimpangan pembangunan sangatlah terlihat. Tercatat 81 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Indonesia tahun 2015 dikuasai oleh Pulau Jawa dan Sumatera. Pembangunan di wilayah Indonesia bagian barat tersebut mengarah pada pembangunan berbasis ke daerah, bukan maritim.
“Padahal pemerintah Indonesia sekarang ingin mengembangkan pembangunan ekonomi berdasarkan kemaritiman sebagai sokogurunya,” ulas guru besar Teknik Lingkungan ini.
Sementara, Pakar Arsitektur ITS Ir Johan Silas mengutarakan, kondisi Jakarta memperlihatkan tingkat perkembangan kota yang mengkhawatirkan dan mengganggu kinerja pejabat tinggi dalam mengelola negara, misalnya saja masalah kemacetan.
“Di Jakarta bila Hari Buruh saja, itu sudah macet parah,” ungkapnya.
Salah satu anggota tim kajian yang sudah cukup senior mengatakan, untuk menangani berbagai permasalahan tersebut, maka kajian yang dilakukan oleh ITS adalah merumuskan tiga karakter ibukota baru Indonesia di masa depan.
Karakter pertama, Kata Silas, ibukota baru Indonesia adalah kota marina. Yakni kota yang mencerminkan karakter yang kuat akan ciri negara kepulauan (archipelago capital city) atau negara maritim.
Karakteristik berikutnya, kota tersebut mampu mengakomodasi kegiatan inti dan menyebarkan kegiatan pendukungnya mengikuti potensi masing-masing daerah. “Kemudian koneksi antara kota inti dan pendukung akan efisien dan efektif jika dilakukan dengan pemanfaatan berbasis iptek,” sambungnya.
Untuk menjawab hal tersebut, ITS mengusulkan kriteria pemilihan ibukota Indonesia baru yang juga mencirikan Indonesia sebagai ibukota marina. Pertama, lokasi ibukota mencirikan Archipelago Capital City yang memanfaatkan potensi marina, bukan pedalaman.
Kemudian untuk mengatasi ketimpangan Indonesia bagian barat dengan bagian timur, lokasi ibukota harus berada relatif di wilayah tengah Indonesia.
“Kajian yang dilakukan tim Geofisika ITS, titik tengah Indonesia berada di antara Kaltim dan Sulteng,” paparnya. [geh]

Rate this article!
Tags: