ITS Latih Tunanetra Operasikan Mesin Cetak Braille

Salah satu peserta workshop diberi pelatihan menggunakan komputer dengan software JAWS.

Surabaya, Bhirawa
Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menggelar Workshop on Using Braille Embosser and Text Editor Software for the Blind and Visual Impairment Student melalui Fakultas Teknologi Elektro (FTE). Workshop ini sebagai upaya membangun komitmen untuk membantu anak-anak penyandang tunanetra dalam bidang literasi. Kegiatan tersebut di bangun dengan Motorolla Solutions Foundation (MSF) tersebut berlangsung selama empat hari di Gedung Departemen Teknik Elektro ITS, mulai Selasa (7/5).
Dikatakan Dekan FTE ITS, Tri Arief Sardjono workshop tersebut diikuti 15 siswa tunanetra dari dua Sekolah Luar Biasa (SLB) di Surabaya yaitu SLB tipe A Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) yang berada di Jalan Tegalsari, Surabaya dan SLB A YPAB yang berada di Jalan Gebang Putih, Surabaya. Program tersebut dibangun sebagai bentuk komitmen yang dibangun ITS dalam mensupport anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra.
“Kami (ITS, red) memiliki dua printer braille yang berada di Laboratorium Departemen Teknik Elektro ITS, nantinya dua mesin ini dapat dimanfaatkan secara penuh oleh siswa-siswi ini dalam mencetak karyanya maupun mencetak dokumen-dokumen pribadi mereka seperti kartu nama, rekening bank dan lain-lain,” ungkap Tri.
Hingga saat ini, lanjut dia, ITS sudah bisa memproduksi secara utuh prototipe mesin printer braille sendiri dengan kapasitas cetak 400 karakter per detik. Kendati begitu, Tri memaparkan jika pihaknya menemui beberapa kendala dalam pembuatan prototype mesin cetak braille. Salah satunya adalah harga komponen mesin yang tidak bisa dibilang murah. Dalam membuat satu prototipe mesin cetak braille dapat menghabiskan dana sebesar kurang lebih Rp 500 juta. Dari lima prototipe mesin cetak braille yang sudah berhasil dibuat ITS, tiga di antaranya sudah diberikan ke SLB yang ada di Ambon, Jayapura dan Pangkal Pinang. Pendanaannya berasal dari program Direktorat Pelayanan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbud sejak tahun 2012.
“Kami mentargetkan dalam pelatihan ini peserta akan dilatih bagaimana menggunakan komputer untuk menulis dan mengkonversikan tulisan latin ke dalam huruf braille menggunakan software Mitra Netra Braille Converter (MBC). Selain itu juga, peserta akan dilatih untuk mengoperasikan printer braille milik ITS dan mencetak langsung tulisan mereka,” tutur dia.
Dari program ini, ITS mengharapkan motivasi peserta akan bangkit untuk berkarya dalam bidang literasi atau sejenisnya yang nantinya karya mereka bisa dicetakkan di ITS.
“Kita juga akan memberikan kemudahan, bila nantinya peserta ingin mencetak berkasnya di ITS bisa dikirimkan secara online,”imbuh dosen Teknik Biomedik ini.
Untuk pengoperasian program di komputer, Tri memaparkan bahwa ada software atau perangkat lunak yang bernama JAWS (Job Access with Speech). Yaitu sebuah software untuk membaca layar (screen reader) yang berguna untuk membantu penderita tunanetra dalam menggunakan komputer. “Jadi nanti ada panduan berupa suara yang menuntun mereka dalam mengoperasikan komputer tersebut dengan menggunakan software JAWS ini,” terangnya.
Sementara itu, Dr Ir Hendra Kusuma M Eng Sc selaku Ketua Pelaksana workshop sekaligus salah satu tim riset braille ITS berpendapat jika setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan minat dan bakat mereka. Mereka layak untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Untuk itu ITS turut andil dalam mewujudkan impian anak-anak penyandang tunanetra tersebut dalam berkarya.
“Pada dasarnya yang kita tekankan dalam workshop ini adalah untuk membangkitkan motivasi para peserta untuk dapat berkarya dan tidak patah semangat di tengah keterbatasan mereka,” tutur Hendra.
Hendra juga memotivasi anak-anak penyandang tunanetra dengan memberitahu mereka bahwa ada nama-nama hebat di dunia ini yang meskipun tunanetra namun tetap bisa berkarya dan menorehkan prestasi. Salah satu yang ia sebut adalah penyanyi terkenal Stevie Wonder atau Stevland Hardaway Morris, yang juga dikenal sebagai penyanyi tunanetra asal Amerika. Atau bahkan Saqib Shaikh, seorang tunanetra yang bekerja sebagai software engineer di perusahaan multinasional Microsoft. [Ina]

Tags: