ITS Siap Produksi RAISA 20 Unit Per Bulan

Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro SE MUP PhD dalam Web Seminar (Webinar) yang bertajuk Bagaimana Melindungi Tenaga Kesehatan dari Risiko Penularan Covid 19 dengan Robot, Kamis (14/5).

Bantu Nakes, Menristek dan kepala BRIN Harap Produk RAISA bisa Diperbanyak
Surabaya, Bhirawa
Menristek dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro SE MUP PhD menyebut, Indonesia perlu bergerak dan mulai membenahi fasilitas kesehatan yang kini hampir 90% masih impor. Dalam kondisi pandemi ini, sangat berisiko untuk tetap bergantung pada alat medis luar negeri.
“Tidak cukup hanya mampu membeli, namun juga perlu adanya produksi alat medis dalam negeri,” ungkapnya dalam Web Seminar (Webinar) yang bertajuk Bagaimana Melindungi Tenaga Kesehatan dari Risiko Penularan Covid 19 dengan Robot, Kamis (14/5) kemarin.
Terkait hal itu, Bambang pun sangat mengapresiasi dan mendukung kehadiran Robot medical Assistant ITS – Airlangga (RAISA) yang dibuat Tim ITS untuk dunia kesehatan. Ke depannya, ia menambahkan jika perlu dipastikan ketersediaan pasokan bahan dasar penelitian – penelitian medis itu terjaga. Sehingga tidak ada lagi kendala dalam pengembangannya.
“RAISA dalam Konsorsium Riset dan Inovasi Penanganan Covid 19 Kemenristek ini menjadi salah satu produk yang diharapkan ke depannya dapat diperbanyak,” ujarnya.
Menurut Bambang, perlu lebih banyak lagi kerja sama antar bidang seperti yang tengah dilakukan ITS dan RSUA. Keduanya telah menggabungkan disiplin ilmu teknologi dengan kesehatan yang menjadikan inovasi tepat guna.
“Tidak sekedar kerja sama antar institusi, namun ini merupakan kerja sama antar bidang,” tegasnya.
Menanggapi hal itu, Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menyatakan, ITS siap terus bekerja sama dengan RSUA untuk menghasilkan berbagai inovasi kesehatan. Hingga kini, RAISA masih terus dikembangkan. Sehingga fungsinya kini tidak hanya sebagai robot pelayanan, namun dapat berfungsi juga sebagai alat kesehatan yang memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan pada pasien.
“Kini telah diluncurkan generasi terbaru RAISA yang dikhususkan untuk ICU dan HCU dengan berbagai fitur barunya,” ungkap Ashari.
Kemudian, demi memenuhi kebutuhan pemesanan RAISA, per bulannya ITS melalui PT ITS Tekno – Sains sanggup untuk membuat pesanan RAISA sebanyak 20 unit. ”Kami tidak akan membuat proses administrasi pemesanan RAISA ini rumit,” tandas Ashari memastikan.
Setuju dengan Ashari, Direktur RSUA Prof Dr Nasronudin dr SpPD K PTI FINASIM mengungkapkan, dengan teknologi yang ada, terlebih RAISA, ini sangat membantu tenaga kesehatan untuk tetap merasa aman dalam bekerja tanpa perlu takut tertular Covid 19. ”Mengingat belum adanya vaksin untuk penanganan, adanya robot menjadi salah satu solusi preventif terhadap penyebaran Covid 19,” ujar Nasron.
Menurut Nasron, aspek keamanan sivitas medis dalam rumah sakit ini sangat perlu diperhatikan. Keselamatan pasien menjadi fokus utama kebijakan rumah sakit. Karena itu, hadirnya RAISA dapat mengurangi interaksi keduanya sehingga dapat menurunkan risiko tertular dan penyebaran Covid 19.
“Selain itu, adanya robot juga dapat membuat pasien lebih banyak beristirahat,” tambah dia.
Dalam menjaga RAISA untuk tetap steril dan bebas Covid 19, secara berkala pula RSUA melakukan sterilisasi. Proses sterilisasi yang dilakukan ada dua macam. Pertama, menggunakan robot Ultra Violet ITS – Airlangga (Violeta) yang dapat mensterilisasi menggunakan sinar ultraviolet. Sterilisasi yang kedua yakni ruangan khusus, di mana ruangan ini menjadi tempat sterilisasi usai dari ruang isolasi dan sebelum beranjak ke tempat lainnya.
Menanggapi kesiapan RS terhadap gelombang besar yang disebabkan kehadiran Covid 19 ini, Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Dr Kuntjoro Adi Purjanto MKes mengingatkan setiap rumah sakit untuk tidak hanya berfokus pada penanganan bencana alam, tapi juga untuk bencana non alam. ”Penggunaan robot itu membantu terciptanya kesiapan,” ujarnya.
Menurut Kuntjoro, di masa Revolusi Industri 4.0 ini, pengaplikasian teknologi dalam bidang kesehatan ini ada tiga, yakni genomik, digital medicine, serta Artificial Intelligent (AI) dan robotik. ”AI dan robotik ini telah diwujudkan oleh kerja sama ITS dan RSUA, keduanya telah menciptakan inovasi yang berguna bagi bangsa ini,” tuturnya. [ina]

Tags: