ITS Turunkan Kuota, UINSA Ambil Peluang

Tes tulis dalam penerimaan mahasiswa baru. Tahun ini ITS menurunkan kuota SNMPTN, penurunan ini menjadi peluang PTN lain untuk menambah kuotanya.

Tes tulis dalam penerimaan mahasiswa baru. Tahun ini ITS menurunkan kuota SNMPTN, penurunan ini menjadi peluang PTN lain untuk menambah kuotanya.

Surabaya, Bhirawa
Persaingan dalam Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)  tidak hanya terasa antar pelamar, melainkan juga antar PTN. Hal ini terlihat dari kuota yang disediakan PTN dalam menampung mahasiswa baru tahun akademik 2015 ini.
Seperti di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) yang menaikkan kuota penerimaan mahasiswa baru pada tahun ini. Dari total kuota sebanyak 3.300 mahasiswa pada 2014 lalu, di tahun ini naik menjadi 3.500 kuota.
Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya Prof Abdul A’la mengatakan, penambahan kuota ini sudah dilakukan setiap tahunnya. Namun tidak dipungkiri, yang membuat UINSA berani menambahkan kuota cukup tinggi ini lantaran melihat peluang dari kampus lain yang menurunkan kuotanya. Salah satunya ialah ITS yang mengurangi kuotanya sebanyak 112 mahasiswa. Pada 2014 lalu, ITS menerima 3.357 namun tahun ini ITS hanya menampung 3.245 mahasiswa. “Sebenarnya, setiap tahun kita selalu menambah kuota 10 persen dari kuota sebelumnya,” ungkap A’la ketika ditemui di kantor Rektorat UINSA, Kamis (19/2).
Dengan turunnya kuota ITS, penambahan kuota ini akan dapat memaksimalkan penerimaan mahasiswa baru. Hal ini menjadi peluang bagi UINSA untuk menarik minat siswa beralih ke UINSA. Meski hal itu tidak mudah. Sebab,  ITS diakui A’la memiliki peminat yang sangat fanatik dan juga memiliki segudang prestasi. Namun, A’la yakin jika kampusnya bisa bersaing dengan PTN negeri lainnya di Surabaya.  “Di UINSA juga punya fakultas sains dan teknologi. Kita akan terus mengembangkannya,” kata pria asal Sumenep tersebut.
Menurut A’la, keyakinannya itu karena kini UINSA sudah memiliki sembilan fakultas. Lima fakultas yang berbasis agama dan empat fakultas yang masuk dalam Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi. Empat fakultas yang dikembangkan yakni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan serta Fakultas Ekonomi Syariah.
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof Warsono menganggap pilihan pelamar SNMPTN dilatarbelakangi dua hal. Yaitu memilih PTN karena sudah fanatik atau memilih jurusan sesuai kemampuan. “Kalau anaknya fanatik ke PTN ternama ya mungkin asal pilih jurusan. Tapi, kalau fanatik ke program studi biasanya pilih PTN yang biasa saja asal diterima di jurusan itu,” ungkap Prof Warsono.
Warsono mengaku, Unesa merupakan salah satu kampus yang paling divaforitkan calon mahasiswa dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Pilihan anak-anak yang berkemampuan sedang ini cukup tepat. Karena banyak siswa yang sudah sadar dengan kemampuannya dan memilih jurusan sesuai kemampuannya.
“PTN dengan peminat banyak belum tentu anak yang biasa-biasa masuk. Sehingga yang dipilih PTN yang memungkinkan pelamar bisa masuk,” ucapnya.
Biasanya anak-anak berkemampuan sedang sudah memiliki perhitungan sendiri. Misalnya, jika satu program studi dalam PTN favorit membuka 10  kuota dengan 100 pesaing. Maka, anak berkemampuan sedang dimungkinkan sangat kesulitan menembus. Bahkan, nilainnya sudah tidak akan dilihat di PTN favorit. Berbeda jika dengan PTN pilihan kedua dengan kuota yang sama. Bisa saja PTN pilihan kedua ini memiliki kuota sama namun dengan peminat yang cukup rendah. Otomatis peluang untuk masuk ke program studi yang diinginkan lebih besar.
Selain berkemampuan biasa, siswa yang masuk ke Unesa juga datang dari keluarga biasa. “Biasanya sederhana. Tidak kaya banget,” ucapnya. Fakta ini diperkuat dari jumlah penerima program Bidik Misi di Unesa yang dari tahun ke tahun meningkat. Di mana, pada 2013 lalu, ada 900 mahasiswa yang mengajukan Bidik Misi. Pada 2014 lalu, Unesa memberikan Bidik Misi kepada 1.700 mahasiswa. Berbeda dengan PTN seperti ITS dan Unair yanmg kuotanya masih 900 mahasiswa Bidik Misi. “Karena itu, Unesa akan tetap diminati. Karena anak yang berkemampuan biasa itu lebih banyak daripada yang berkemampuan lebih,” ungkapnya.
Kendati demikian, lanjut Warsono,  bukan berarti lulusan Unesa kualitasnya biasa saja. “Banyak alumnus Unesa yang berhasil. Guru-gurunya juga berprestasi,” ungkapnya. [tam]

Tags: