Jabatan Dirut Bank Jatim Batal Diisi

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melantik lima pimpinan baru manajemen Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) di Gedung Negara Grahadi

Hadi Santoso Gagal di Fit and Proper Test OJK
Pemprov, Bhirawa
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melantik lima pimpinan baru manajemen Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) di Gedung Negara Grahadi kemarin, Senin (28/10). Mereka adalah Heru Tjahjono sebagai Komisaris, Prof Mohammad Mas’ud sebagai Komisari Independen, Erdianto Sigit Cahyono Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko, Tony Prasetyo Direktur TI dan Operasi serta Basrul Iman Direktur Komersial dan Korporasi.
Di antara nama-nama yang dilantik tersebut, satu nama yang sempat diusulkan menjadi Direktur Utama Bank Jatim Hadi Santoso ternyata batal dikukuhkan karena gagal di fit and proper test yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama satu calon direktur lainnya.
Kepala OJK Regional IV Jatim Heru Cahyono menuturkan, seluruh calon komisaris dan direksi untuk bisa menempati posisinya harus melalui sejumlah proses. Di antaranya ialah fit and proper test untuk mengetahui kemampuan dan kepatutan calon. “Ini prosesnya panjang. Setelah diputuskan oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) kemudian diajukan pada OJK untuk dilakukan fit and proper test,” tutur Heru Cahyono saat ditemui usai pelantikan komisaris dan direktur Bank Jatim.
Heru mengaku, dalam proses fit and proper test itu ada nama yang tidak lolos. Pihaknya membenarkan bahwa salah satu nama yang gagal fit and proper test adalah Hadi Santoso. Ia mengaku banyak pertimbangan yang mendasari hal tersebut. Tentunya tidak lepas dari dua aspek yang dinilai, integritas dan aspek kompetensi. Kedua hal ini yang menjadi kriteria untuk dinilai apakah komisaris dan direksi ini bisa cocok sesuai kebutuhan. “Otomatis posisinya kosong dari dua usulan itu. Dirut dan salah satu direktur. Sehingga akan ditunjuk pelaksana tugas,” tutur Heru.
Untuk Pengisian dirut selanjutnya, Heru mengaku akan kembali mengikuti proses sesuai ketentuan yang berlaku. Ada dua alternatif yang bisa dilakukan Bank Jatim. Melakukan RUPS lebih dahulu kemudian fit and proper test atau fit and proper test kemudian RUPS. “Sama saja tergantung dari kebutuhan. Mau fit and proper dulu atau RUPS dulu sama saja. Tergantung mana yang lebih efisien dan mana yang bisa dilaksanakan,” ungkap Heru.
Kendati demikian, untuk mengisi posisi yang sama ada masa jedah yang harus dilewati. Pengajuan kembali menurutnya baru bisa dilakukan sekitar 6 bulan yang akan datang.
Heru berharap, pelantikan yang telah dilakukan akan menjadi amanah bagi komisaris dan direksi baru Bank Jatim. Untuk mengembangkan, Heru berpesan agar meningkatkan kinerja Bank Jatim. Kedua, direksi dan komisaris yang baru bisa membawa Bank Jatim lebih kompetitif dengan bank lainnya. Karena Bank Jatim ini berhadapan dengan bank-bank lain. Ketiga, Bank Jatim diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap ekonomi di Jatim. “Mestinya yang merajai di Jatim ya Bank Jatim. Nah bagaimana direksi ini bisa membawa Bank Jatim menjadi raja di daerahnya sendiri,” tegas Heru.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, direksi dan komisaris yang dipilih telah melalui proses asesmen dari tim independen yang sudah disepakati. Menurutnya, ini adalah hasil terbaik atas apa yang sudah dilakukan bersama. “Tentu, kita semua memiliki harapan besar dari semua prestasi yang sudah dicapai oleh PT BPD Jatim Tbk pada semester satu tahun ini. dalam catatan yang cukup baik dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu,” tutur Khofifah.
Kepada para direksi dan komisaris Khofifah memberi catatan, saat ini industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menggerakkan, mengintroduksi dan mengintervensi perekonomian Jatim. Karena itu, sangat penting untuk bisa terus menstimulus pelaku-pelaku UKM, IKM dan koperasi di Jatim. Khofifah berharap, Bank Jatim tidak sekadar bisa menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang signifikan. Tetapi juga memberikan multi player effect, seperti penyerapan tenaga kerja.
“Semakin banyak UKM dan IKM digerakkan, semakin banyak serapan tenaga kerja oleh pelaku UKM dan IKM. Tentu, pengembangan UKM dan IKM diikuti dengan keberseiringan ekonomi kreatif yang menjadi bagian sangat penting,” tutur dia.
Khofifah juga berharap, ikhtiar merealisasikan Millenial Job Center (MJC) juga bisa berseiring dengan Bank Jatim sebagai bagian dari ekosistem di dalamnya. Karena ketika ada talent, klient dan mentor dalam MJC, maka Bank Jatim diharapkan bisa masuk sebagai klien. “Kembali saya ingin menyampaikan, karena dalam RAPBD Jatim 2020, MJC, EJSC dan OPOP sudah masuk dalam kerangka pendanaan RAPBD 2020. Maka saya mohon sinergitas dari Bank Jatim akan berseiring dengan program-program yang memiliki signifikansi bagi pertumbuhan UKM dan IKM di Jatim,” pungkas Khofifah. [tam]

Rate this article!
Tags: