Jadi Destinasi Wisata Baru, Andalkan Keindahan Alam untuk Pecinta Paralayang

Kawah Wurung kini menjadi destinasi wisata baru di Bondowoso  bagi mereka yang suka olahraga dirgantara seperti paralayang.

Kawah Wurung kini menjadi destinasi wisata baru di Bondowoso bagi mereka yang suka olahraga dirgantara seperti paralayang.

Kabupaten Bondowoso, Bhirawa
Pesona perbukitan Megasari dan Kawah Wurung di Kecamatan Sempol digadang-gadang menjadi destinasi andalan baru di Kabupaten Bondowoso selain Kawah Ijen. Selain bisa menikmati sunrise, lokasi Megasari dinilai sangat bagus untuk industri pariwisata berbasis olahraga dirgantara. Sementara Kawah Wurung cocok jadi tempat pendidikan dan latihan penerbangan siswa.
Potensi yang tersimpan di Bukit Megasari ini pun kini sudah mulai menarik minat pecinta olahraga dirgantara. Seperti yang terlihat pada Minggu (15/3) kemarin, beberapa pilot senior paralayang dan paramotor dari Malang datang untuk ujicoba di perbukitan Megasari. Perbukitan memanjang di sebelah barat Sempol atau Hotel Arabika itu memang digadang-gadang bisa menjadi salah satu destinasi wana wisata dirgantara bertaraf Internasional.
Menurut Fauzi, pilot paramotor dan paralayang senior dari Malang, lokasi Megasari sangat cocok jika bisa dikembangkan menjadi tempat olahraga dirgantara. Pilot yang  pernah diundang Kick Andy karena pernikahan unik di udara itu, menilai keberadaan bukit yang sangat panjang cocok untuk dikembangkan untuk menunjang olahraga dirgantara. “Dulu saya pernah terbang di sini dengan teman pilot lain dari Malang, dan punggung bukit Megasari memang panjang dan sangat cocok untuk olahraga dirgantara,” kata pria yang lama tinggal di Sempol itu.
Dengan lereng bukit yang panjang itulah, para penerbang paralayang maupun gantole biasanya berlama-lama di udara. “Karena olahraga ini murni mengandalkan kekuatan angin, sehingga bukit yang tinggi dan panjang itu yang sangat diminati, memang tidak bisa sepanjang tahun karena ada bulan-bulan tertentu yang hujannya sangat deras,” ujarnya.
Ujicoba penerbangan dengan paramotor kemarin memang tidak bisa berjalan optimal. Sulitnya mencari lokasi pendaratan dan gerimis yang turun membuat penerbangan harus segera diakhiri. Bahkan karena sulitnya mendarat di lapangan yang dikelilingi pohon tinggi, Fauzi kemarin terpaksa mendarat di kebun kopi dan jeruk milik PTPN XII.
Sebelum terbang menyisir lereng Megasari, Fauzi sempat melakukan terbang tandem di Kawah Wurung. Beberapa orang berkesempatan menikmati terbang tandem dan mendarat di tengah hamparan rumput Kawah Wurung. Bahkan mitra Bank Indonesia yang mengikuti outbond di sekitar Sempol kemarin sempat siap-siap untuk terbang tandem Paralayang.
Namun lagi-lagi karena hujan, akhirnya tak semua yang datang bisa menikmati terbang tandem. Sementara itu, Galih B Utomo, panitia dari Bank Indonesia sengaja menawarkan terbang tandem paralayang kepada peserta outbond. “Biar merasakan juga sensasinya terbang paralayang dan untuk mengoptimalkan potensi wisata,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah observasi telah dilakukan untuk mengeksplorasi Kawah Wurung menjadi lokasi paralayang. Sejumlah atlet paralayang maupun gantole Jatim juga telah mencoba sejumlah titik di Kawah Wurung untuk dijadikan tempat take off.
Seperti diketahui, luasnya areal untuk landing di Kawah Wurung menjadi keunggulan tersendiri bagi daerah ini untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan olahraga dirgantara. Apalagi, tidak ada pepohonan yang tinggi di Kawah Wurung yang bisa menjadi penghambat bagi penerbang yang hendak landing.
Kelebihan itu juga dibenarkan oleh Herda Eka, atlet Jatim langganan emas dalam olahraga dirgantara tingkat nasional. Herda yang dua pekan lalu juga datang ke Kawah Wurung memastikan jika kawasan ini sangat cocok sebagai pusat pendidikan bagi siswa paralayang atau gantole.
Namun di sisi lain, kata dia, kawasan Sempol juga menyimpan potensi yang jauh lebih bagus untuk bisa dikembangkan sebagai kawasan industri wisata berbasis olahraga dirgantara. Lokasinya adalah di Bukit Megasari, tepatnya di sisi barat kantor Kecamatan Sempol. Bukit memanjang yang ditaksir memiliki ketinggian 350-400 meter dari permukaan tanah itu sangat pas untuk arena tandem paralayang.
“Tinggal bagaimana semua pihak baik pemerintah daerah, maupun pemangku kawasan seperti PTPN dan Perhutani memiliki keinginan yang sama untuk bisa menggarap kawasan ini,” ujarnya.
Menurutnya, jika bisa berkembang sebagai industri wisata, maka olahraga dirgantara akan memberikan banyak manfaat, tak hanya bagi institusi pemerintah, tetapi juga masyarakat yang lebih luas.
Dia mencontohkan kawasan Gunung Banyak yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kota Batu. Ketika menjadi industri wisata seperti saat ini, maka kawasan wisata ini sudah berkembang sangat pesat. Masyarakat bisa ikut memperoleh manfaat dengan menjadi tukang ojek ke puncak sebagai tempat take off bagi pengunjung. Selain itu, banyak juga masyarakat yang berprofesi sebagai tukang lipat parasut.
Di sisi lain, institusi pemerintah termasuk juga pemangku kawasan juga mendapatkan manfaat dengan menerapkan tiket masuk bagi pengunjung yang kini mencapai ribuan. Tak hanya itu, banyak investor yang kini juga masuk dengan membangun kafe hingga hotel di tempat landing. [samsul]

Tags: