Jadi Wisata Edukasi, TMII Ikut Lestarikan Budaya Nusantara

Tempat wisata TMII bisa menjadi alternatif wisata edukasi bagi pelajar-pelajar sekolah untuk mengenal kekayaan budaya nusantara. Salah seorang pengunjung TMII yang juga siswa SD Muhammdiyah 15 Surabaya Risyad Nazhir Aqila saat berfoto bersama dengan maskot badut di depan Keong Mas Imax Theater.

Tempat wisata TMII bisa menjadi alternatif wisata edukasi bagi pelajar-pelajar sekolah untuk mengenal kekayaan budaya nusantara. Salah seorang pengunjung TMII yang juga siswa SD Muhammdiyah 15 Surabaya Risyad Nazhir Aqila saat berfoto bersama dengan maskot badut di depan Keong Mas Imax Theater.

[Rayakan HUT, Tanggal 20 April Tiket Masuk Digratiskan]
Jakarta, Bhirawa
Rasa lelah perjalanan dari Surabaya ke Jakarta terbayar sudah. Meski tampak lelah, raut gembira terlihat terpancar dari wajah ibu muda yang ditemani  kedua buah hatinya saat bertemu Bhirawa di pintu Gerbang Taman Mini Indonesia Indah, Sabtu (29/3) kemarin.
Sambil duduk menikmati bakso, ibu muda bernama Retno Susilowati ini bercerita kepada Bhirawa soal kesan-kesannya terhadap tempat wisata yang sudah menginjak usia  39 tahun ini. Menurut Retno, demikian perempuan berjilbab ini dipanggil, mengaku pertama kali datang ke TMII 30 tahun yang lalu, tepatnya saat masih di sekolah Dasar (SD) di Surabaya.
“Ternyata TMII sekarang sudah sedemikian megah, beda dengan dulu,” tutur Retno sambil sesekali menyuapi bakso ke mulut dua buah hatinya Risyad Nazhir Aqila dan Almira Asya Izzaty. Perempuan yang mengenakan jilbab biru bermotif batik ini menilai fasilitas di TMII sekarang sudah jauh lebih baik dan megah hanya sayangnya belum dimanfaatkan secara maksimal.
“Bayangan saya pengunjung akan jauh melimpah, tetapi sepertinya masih jauh lebih ramai saat saya kecil dulu,” tutur karyawati perusahaan swasta di Surabaya ini. Menurut Retno, mestinya jumlah pengunjung yang datang jauh lebih melimpah di banding dengan masa-masa dia kecil dulu.
“Namanya liburan sekolah itu itu kalau nggak ke TMII nggak asyik. Namun sekarang anak saya saja sepertinya tidak terlalu kenal,” jelasnya. Padahal, lanjut Retno potensi dan fasilitas yang ada di TMII itu akan sangat baik bila dijadikan sarana wisata edukasi bagi pelajar sekolah.
“Saya berharap anak-anak saya akan lebih mengenal budaya dan bangsanya dari TMII,” jelasnya. Untuk itu, tutur Retno mestinya TMII banyak melakukan komunikasi atau kerja sama dengan sekolah-sekolah agar bisa menjadikan TMII sebagai alternatif wisata di saat liburan sekolah.
Pengunjung lain, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang Banten Naniek Afrillia Framanik yang dating ke TMII bersama kedua jagoan kecilnya mempunyai pendapat yang berbeda. Perempuan yang saat ini sedang menempuh program Doktoral bidang komunikasi di salah satu kampus di Jakarta ini menilai berkurangnya pengunjung ke TMII bisa jadi karena memang sarana dan tempat wisata saat ini beragam dan banyak jumlahnya.
“Perkembangan dunia hiburan saat ini sudah sedemikain canggih. Sehingga banyak alternatif tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi,” jelasnya. Dengan demikian dirinya bisa memahami kalau pengunjung TMII sekarang sudah tidak seramai saat dirinya kecil dulu. Namun demikian, lanjut Naniek, meskipun banyak tempat wisata lain yang megah dan spektakular namun TMII memiliki kelebihan yakni muatan wisata budaya yang lengkap.
“Orang tidak perlu datang keliling Indonesia untuk mengenal budaya Indonesia. Cukup datang ke TMII maka semua bisa didapatkan,” jelasnya. Untuk itu, kelebihan dan potensi yang dimilik TMII itulah yang mestinya banyak disosialisasikan pengelola TMII ke masyarakat termasuk sekolah-sekolah. Harapananya, TMII akan menjadi satu-satunya tempat yang secara lengkap memberikan informasi tentang sejarah, budaya dan seni yang dimiliki bangsa Indonesia.
Ketika ditanyakan alasan datang ke TMII, perempuan cantik berkerudung hitam dengan motif bunga-bunga itu mengaku kedatangannya karena masih tertarik dengan branding Keong Mas Imax Theater.
“Walaupun filmnya sudah tidak up to date. Tapi saya cukup senang bisa bawa anak-anak untuk melihat film layar lebar 3 dimensi,” jelasnya. Selain itu, daya tarik dari TMII yang lain adalah konsep Bhineka Tunggal Ika-nya, tata gedung, eksterior, interior yang dibangun berdasarkan kekayaan budaya nusantara.
“Selain itu ada fasilitas modern seperti monorail dan juga ada wahana kereta gantung yang terbilang masih jadi ikon TMII juga,” jelasnya lagi.
Menurut dosen mata kuliah Manajemen Public Relation ini, TMII kalau dari konsep teori marketing-nya  Kotler, TMII sudah memenuhi aspek place (tempatnya strategis mudah dijangkau), price (harga terjangkau), penginapan cukup murah (Rp350 ribu permalam) di berbagai anjungan penginapan.
“TMII sudah establish jadi tidak perlu promotion yang jor-joran juga. Karena semua wisatawan domestik sudah tahu, tapi tetap dilakukan dengan promosi melalui media internet,” jelasnya memberi saran. Kepada Bhirawa Naniek juga memberikan kritiknya atas kondisi beberapa anjungan yang sudah tampak tidak terawat, seperti anjungan museum, dan Wahana Impian Erika yang efek 3 dimensinya tidak terasa.
“Jangan lupa fasilitas kereta monorailnya diberi AC agar tidak gerah,” sarannya sambil tersenyum.
Tidak terasa, tahun ini tepatnya tanggal 20 April 2014, TMII sudah memasuki umur 39 tahun. Berbagai acara telah dipersiapkan untuk menyambut HUT TMII. Secara khusus perayaan HUT TMII akan dilangsungkan pada 17 – 27 April 2014 dengan tema  TMII sebagai Wahana Pelestari Budaya Nusantara, juga Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa.
Manajer Informasi TMII Suryandoro menjelaskan beberapa acara yang akan dilakukan dalam rangkaian HUT TMII di antaranya adalah  ziarah ke makam Ibu Tien Soeharto dan Bapak Soeharto, upacara bendera, penghargaan karyawan berprestasi, berbagai lomba dan festival dan sebagainya.
“Pada hari-H nya, yakni tanggal 20 April, masyarakat diberi kesempatan masuk TMII secara gratis guna menyaksikan aneka hiburan,” jelas Suryandoro.  [wahyu kuncoro sn]

Tags: