Jaga Bukti Sejarah, Revitalisasi Museum di Jatim

Kacung Marijan

Kacung Marijan

Pemprov Jatim, Bhirawa
Salah satu upaya menjaga keberlangsungan sejarah adalah menjaga situs-situs dan bukti-bukti sejarah nasional. Untuk itu penyediaan museum sangat penting terutama di Jawa timur yang memiliki banyak bukti sejarah nasional.
Tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Dirjen Kebudayaan berencana merevitalisasi dan membangun museum di Indonesia, termasuk di Jatim. Sebab, sampai saat ini hanya 10 saja kota-kabupaten di Indonesia yang memiliki museum. Itupun, musem yang ada itu kondisinya terlantar.
“Kalau pembangunan dan revitalisasinya diserahkan ke daerah, pasti tak akan terlaksana. Makanya, dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2014-2019 dialokasikan anggaran untuk revitalisasi dan pembangunan museum,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud) Kacung Marijan, ditemui disela Rakor Pusat dan Daerah Bidang Kebudayaan 2014 di Surabaya, Kamis (3/4).
Kacung menyebut, dari 10 persen yang telah ada itu paling banyak berada di Jawa, lalu Bali. Tahun ini, dianggarkan Rp 109 M untuk pembangunan dan revitalisasi 39 museum di daerah saja, tidak termasuk yang di pusat.
Di Jatim, yang termasuk akan dibangun musem ada di Jombang, tepatnya Museum Islam Nusantara yang diperkirakan memerlukan anggaran Rp 20 M untuk pembnagunan fisiknya. Yang juga akan dibangun musem ada di Malang sedangkan di Sumenep hanya revitalisasi saja.
“Museum yang direvitalisasi akan dibuat lebih modern sehingga anak muda akan kerasan di museum, akan suka kongkow di museum. Kami juga akan memberikan jaminan, bahwa gedung museumnya aman. Kami menjamin kemanan koleksi-koleksi di museum, mengamankan dari pencurian dan pengerusakan, mengamankan aset, termasuk mengamankan pengunjung maupun pengelola musem,” kata Kacung.
Sementara, pengamanan terhadap benda koleksi yang ada di museum di Jatim harus selalu diutamakan. Hal ini berawal dari hasil kunjungan Kemenbudpar RI Katjung Maridjan yang beberapa waktu menemui adanya permasalahan mengenai Museum Radya Pusaka di Solo dianggap kurang dalam masalah pengamanan.
Dalam hal ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim juga telah melakukan pengamanan terhadap benda koleksi yang dimilikinya. Selain adanya pengamanan CCTV juga dilakukan penambahan petugas. Apalagi, koleksi khususnya pun juga tidak sembarangan dalam penyimpanannya.
Sementara , Jarianto juga mengatakan. paradigma museum pada beberapa tahun terakhir telah mulai berubah dari lembaga yang berfokus pada benda koleksi menjadi lembaga yang berfokus pada pengunjungnya.
Perubahan penting lainnya adalah berubahnya kewenangan pengelolaan yang pada awalnya bersifat sentralistik menjadi desentralistik dengan kewenangan otonomi dalam pendirian, pengembangan dan pengolahan museum.
Kondisi perubahan ini harus disikapi positif mengingat museum identik dengan tempat kuno yang tidak menarik minat pengunjung Jatim. Saat ini, Jatim memiliki 33 museum yang terdiri dari berbagi jenis museum.
Mulai dari museum negeri provinsi, museum daerah di kabupaten/kota, museum khusus dan museum swasta. Museum tersebut menyimpan benda – benda koleksi yang dapat mencerminkan keragaman budaya yang ada di Jatim.
” Untuk mempelajari budaya suatu daerah kita bisa memanfaatkan museum dengan berbagai benda yang menjadi koleksinya,” katanya.
Menurut Jarianto, hal tersebut mengakibatkan kurangnya minat masyarakat untuk berkunjung ke museum karena kurang menarik dan monoton. kondisi museum saat ini tidak banyak menarik minat pengunjung.
Selain itu, terkait informasi yang sampai kepada masyarakat masih kurang. Selain itu penataan koleksi di ruangan pameran museum juga terkesan monoton dan kurang menarik, sehingga masyarakat enggan untuk datang ke museum.
Beberapa pekan lalu, Disbudpar Jatim juga menggelar kegiatan peningkatan kemampuan teknis penataan  bagi pengelola museum daerah Adanya kegiatan itu dalam upaya dapat meningkatkan kemampuan penataan pameran, penataan di bidang SDM, publikasi dan promosi museum.
Selain itu, dari kegiatan itu diharapkan akan terjalin sinergitas diantara para pengelola museum, baik museum provinsi, museum daerah di kab. / kota maupun museum swasta yang ada di Jawa Timur dalam mengembangkan museum sebagai lembaga pelestari budaya.  [rac]

Tags: